Barang Bukti Lakban Terlihat Masih Baru, Publik Makin Tak Percaya Arya Daru Bunuh Diri

Yazir F Suara.Com
Jum'at, 01 Agustus 2025 | 14:01 WIB
Barang Bukti Lakban Terlihat Masih Baru, Publik Makin Tak Percaya Arya Daru Bunuh Diri
Staf Kemlu Arya Daru Pangayunan.

Suara.com - Lakban kuning masih tersegel dan utuh yang dijadikan barang bukti kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Arya Daru Pangayunan menjadi sorotan utama publik.

Benda yang seharusnya menjadi barang bukti utama justru memunculkan kecurigaan baru.

Kondisi lakban yang tampak belum digunakan sepenuhnya itu memicu gelombang keraguan masyarakat atas klaim polisi bahwa almarhum meninggal karena bunuh diri.

Dalam konferensi pers yang digelar Polda Metro Jaya pada 29 Juli 2025, sejumlah barang bukti ditampilkan ke publik.

Namun alih-alih menutup spekulasi, justru muncul rentetan pertanyaan baru, terutama dari para netizen yang mengikuti kasus ini sejak awal.

Beberapa netizen secara kritis menyoroti kondisi lakban yang tampak masih "baru" dan belum dilepas segelnya.

Salah satu komentar viral menyebut, "Lakbannya aja masih baru bang, belum 'dikletek' pembatasnya. Makin yakin dibunuh sih kalau lihat 'barbuk' kayak gini."

"Tanpa melihat barang bukti seperti ini pun, masyarakat sudah tahu bahwa ini adalah kasus pembunuhan, dan narasi bahwa almarhum bunuh diri merupakan rekayasa," ujar komentar lain.

Polisi sebelumnya menjelaskan bahwa lakban tersebut dibeli Arya bersama istrinya di Yogyakarta pada akhir Juni 2025, dan hanya terdapat sidik jari Arya di permukaannya.

Baca Juga: Diplomat Tewas: Bunuh Diri atau Pembunuhan? Misteri Farah dan Bungkamnya Polisi Mencuat

Namun bagi sebagian masyarakat, penjelasan itu tak cukup untuk menghapus keraguan.

Kondisi lakban yang ditemukan menutup wajah korban namun masih dalam keadaan utuh dianggap tidak logis jika pelakunya adalah korban sendiri.

Selain lakban, beberapa barang bukti lain yang dipublikasikan pun ikut menuai sorotan.

Di antaranya adalah alat kontrasepsi dan pelumas yang ditemukan di kamar dan rooftop gedung Kementerian Luar Negeri, buku karangan Arya Daru, serta kartu akses kamar kos.

Namun yang paling menjadi teka-teki adalah hilangnya ponsel utama Arya, Samsung S22 Ultra, yang terakhir terdeteksi di kawasan Grand Indonesia, lokasi yang cukup jauh dari tempat kejadian.

Meski pihak kepolisian menyatakan hasil pemeriksaan forensik tidak menemukan DNA atau sidik jari orang lain selain Arya Daru, masyarakat tetap sulit menerima kesimpulan bahwa tidak ada keterlibatan pihak ketiga.

"Kok bisa seteledor itu nggak merhatiin hal kecil, emang benar-benar bloon," sindir salah satu netizen soal detail barang bukti yang dianggap janggal.

Tak hanya netizen, keluarga Arya Daru juga secara terbuka menyatakan ketidakpercayaannya terhadap klaim bahwa Arya mengakhiri hidupnya sendiri.

Menurut mereka, Arya tidak menunjukkan tanda-tanda depresi atau keinginan untuk bunuh diri.

Sebaliknya, dia justru menunjukkan semangat kerja yang tinggi dan bahkan baru membeli pakaian baru untuk penugasan dinas ke Finlandia.

Rencana masa depan yang jelas ini membuat dugaan bunuh diri terasa tidak masuk akal.

Keluarga juga mempertanyakan alasan di balik penyebab kematian yang disebut polisi sebagai "gangguan pertukaran oksigen pada saluran pernapasan atas yang menyebabkan mati lemas."

Penampakan sejumlah barang bukti dalam kasus kematian Diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan saat rilis di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (29/7/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Penampakan sejumlah barang bukti dalam kasus kematian Diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan saat rilis di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (29/7/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Mereka mendesak agar kasus ini tidak ditutup dan pengusutan tetap dilakukan hingga tuntas, termasuk kemungkinan adanya rekayasa dalam penyusunan kronologi versi aparat.

Salah satu sorotan utama adalah kesimpulan penyidikan yang dinilai belum gamblang.

Meski autopsi menyebut penyebab kematian akibat lemas karena gangguan pernapasan, polisi tidak menjelaskan pemicu utama atau motif kuat yang bisa menyebabkan Arya bunuh diri.

Ketika narasi bunuh diri disampaikan tanpa dukungan motif yang meyakinkan, masyarakat justru makin curiga.

Keterbatasan penjelasan aparat dalam merinci konteks barang bukti dan rekonstruksi kejadian memperbesar ruang spekulasi.

Beberapa netizen bahkan menuduh kepolisian tidak profesional dan tidak kompeten dalam menangani kasus yang sensitif ini. Akun media sosial Divisi Humas Polri pun menjadi sasaran kritik publik.

Kontributor : Chusnul Chotimah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI