- PPP gagal lolos ke parlemen untuk pertama kalinya pada Pemilu 2024
- Sikap tertutup dan minimnya figur berduit dinilai jadi penyebab utama kemunduran partai
- Desakan reformasi total dan pemilihan ketum baru mulai menguat di internal PPP
Suara.com - Pertama kalinya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) gagal melampaui ambang batas parlemen atau parliamentary threshold 4 persen pada Pemilu 2024.
Politisi senior PPP, Syaifullah Tamliha, mengungkapkan penyakit kronis partainya dan desakan untuk adanya reformasi di tubuh partai, termasuk pemilihan ketua umum baru yang dianggap mampu menjadi penyelamat.
Melalui podcast di kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored, Tamliha menyoroti dua masalah fundamental yang menjadi sebab utama kemunduran PPP, yaitu sikap internal yang tertutup dan ketiadaan figur dengan kekuatan finansial yang memadai.
Tamliha menuding pimpinan PPP saat ini, yang dipimpin oleh Plt Ketua Umum Mardiono, memiliki sikap "alergi" terhadap masuknya tokoh-tokoh dari luar atau yang ia sebut sebagai “outsider”.
"Ya, pimpinan PPP sekarang lah (yang alergi menerima orang luar), Mardiono," tegas Tamliha saat ditanya siapa yang enggan menerima figur eksternal.
Ia menilai sikap tersebut menghambat potensi partai untuk berkembang dan merangkul kekuatan baru.
Selanjutnya, masalah kedua yang bagi Tamliha juga krusial adalah kelemahan finansial.
Ia dengan jujur mengakui bahwa partainya tidak memiliki tokoh yang kuat secara finansial.
“Salah satu kelemahan PPP, saya bilang apa adanya saja, tidak punya figur yang berduit,” ujarnya, Senin (15/9/2025).
Baca Juga: Sebut Ada Intervensi Sejak Dualisme Kepemimpinan P3, Syaifullah Tamliha : PPP Dibinasakan oleh Jokow
Menurut Tamliha, ketiadaan figur dengan sumber daya finansial yang mumpuni ini, dinilai mempersulit PPP untuk bersaing secara optimal, mulai dari tingkat Musyawarah Wilayah (Muswil), Musyawarah Cabang (Muscab), hingga memenangkan pemilu itu sendiri yang membutuhkan dana besar.
Kemudian, kegagalan yang terjadi pada PPP memicu desakan kuat dari Tamliha, untuk reformasi total di tubuh partai.
Sejumlah nama besar dari kalangan internal dan eksternal pun mulai mencuat sebagai kandidat potensial untuk memimpin PPP sebagai ketua umum, antara lain Sandiaga Uno, Suharso Monoarfa, Mardiono, Jenderal (Purn) Dudung Abdurachman, hingga Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Dua kelemahan tersebut menjadi saling berkaitan, sikap yang kurang terbuka terhadap tokoh eksternal membuat PPP kehilangan kesempatan untuk menarik figur yang tidak hanya berpotensi untuk mengembangkan partai, tetapi juga memiliki kapasitas finansial untuk menopang perjuangan partai.
Reporter : Nur Saylil Inayah