4 Fakta Paling Menyakitkan dari Suara Ayah dan Ibu Prada Lucky: Anak Kami Disiksa!

Tasmalinda Suara.Com
Sabtu, 09 Agustus 2025 | 19:40 WIB
4 Fakta Paling Menyakitkan dari Suara Ayah dan Ibu Prada Lucky: Anak Kami Disiksa!
Jenazah Prada Lucky Prada di rumah duka di asrama TNI AD di Kuanino, Kota Kupang, Sabtu (9/8/2025). ANTARA/Kornelis Kaha

Suara.com -  Kasus kematian tragis Prada Lucky kini memasuki babak baru yang lebih emosional. Ayah dan ibunya kini bersatu, mengangkat suara mereka dengan kesaksian yang tak hanya mengiris hati, tetapi juga menjadi "pukulan telak" bagi narasi "pembinaan" yang mungkin coba dibangun.

Dari pesan terakhir sang anak hingga tuntutan hukum yang tak main-main, setiap kata dari mereka adalah jeritan hati yang menuntut keadilan.

Berikut adalah 4 poin terpenting dari kesaksian gabungan kedua orang tua Prada Lucky.

Keluarga Prada Lucky kini bersatu di garis depan, menuntut keadilan penuh atas kematian putra mereka.

1. 'Mama, Saya Dicambuk': Pesan Terakhir yang Jadi Bukti Penyiksaan

Ini adalah detail paling menyakitkan yang diungkap langsung oleh ibunda Prada Lucky, Sepriana Paulina Mirpey. Ia membeberkan aduan terakhir anaknya sebelum kondisinya kritis.

"Dia waktu minta tolong ke mama angkatnya waktu dia kena pukul pertama dicambuk itu dia bilang, 'Mama, saya dicambuk'," ungkap Sepriana.

Mengapa ini penting? Kesaksian ini adalah bukti verbal langsung dari korban bahwa ia disiksa menggunakan alat (cambuk/selang), bukan sekadar pukulan tangan kosong. Ini secara telak menghancurkan alibi "pembinaan fisik" dan mengarahkannya langsung ke tindakan penganiayaan berat.

2. 'Ini Pembunuhan Berencana!': Ayah Tolak Kasus Dianggap Pelanggaran Disiplin

Baca Juga: Jeritan Amarah Ayah Prada Lucky: Hukum Mati! Anak Saya Dibunuh, Bukan Gugur

Serma Kristian Namo, ayah korban yang juga seorang prajurit TNI, tidak hanya marah. Ia maju dengan argumen hukum yang cerdas dan kuat. Ia dengan tegas menolak jika kasus ini hanya dianggap sebagai pelanggaran disiplin internal.

"Kalau hanya pelanggaran disiplin, berarti hanya dihukum berapa bulan. Saya minta ini pembunuhan berencana, karena [pelaku] lebih dari satu orang," tegasnya.

Mengapa ini penting? Serma Kristian sedang menutup celah hukum. Dengan melabelinya "pembunuhan berencana", ia menuntut penerapan pasal pidana dengan ancaman hukuman maksimal, bukan sekadar sanksi disipliner yang seringkali dianggap ringan oleh publik.


 

3. 'Anak Kami Disiksa!': Suara Bersatu Ayah & Ibu Melawan Narasi "Pembinaan"

Untuk pertama kalinya, kedua orang tua Prada Lucky kini memiliki satu narasi yang sama dan kuat: anak mereka disiksa, bukan dibina.

Suara sang ibu memberikan bukti emosional dan faktual, sementara suara sang ayah memberikan kerangka hukum dan moral.

Kekuatan gabungan mereka menciptakan tembok yang sulit ditembus bagi siapa pun yang mencoba meremehkan kasus ini.

Mereka secara efektif menyatakan perang terhadap budaya kekerasan yang bersembunyi di balik topeng "disiplin".

4. Tuntutan Tak Berubah: 'Hukuman Mati dan Pecat!'

Di tengah semua kesaksian baru, tuntutan akhir dari keluarga tetap sama, keras, dan tak bisa ditawar: Hukuman mati dan pemecatan tidak terhormat bagi semua pelaku yang terlibat.

"Hukuman cuma dua buat [pelaku], hukuman mati dan pecat!" seru Serma Kristian.

Mengapa ini penting? Ini menunjukkan bahwa keluarga tidak akan goyah atau menerima kompromi.

Tuntutan yang ekstrem ini menjadi tekanan psikologis dan moral yang sangat besar bagi institusi TNI dan pengadilan militer untuk memberikan hukuman yang seberat-beratnya, sebagai bentuk keadilan bagi Prada Lucky dan sebagai efek jera agar tak ada "Lucky-Lucky" lainnya.

Dengan bersatunya suara dan bukti dari kedua orang tua Prada Lucky, menurutmu apakah tuntutan "pembunuhan berencana" dan "hukuman mati" bisa terwujud?

Bagikan prediksimu di kolom komentar!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI