Dalam sekejap, amarah netizen meledak. Kolom komentar dibanjiri kecaman, makian, dan tuntutan agar pelaku dihukum seberat-beratnya.
"Hanya karena jajanan seharga beberapa ribu rupiah, seorang anak disiksa seperti itu? Di mana akal sehat dan nuraninya?" tulis seorang pengguna Instagram.
"Ini bukan lagi soal mencuri, ini soal kekejaman yang melampaui batas. Anak itu butuh perlindungan, bukan siksaan. Hukum pelaku seberat-beratnya!" timpal netizen lainnya.
Viralnya kasus ini menjadi bukti kekuatan media sosial dalam mengawal isu-isu kemanusiaan.
Publik tidak lagi diam melihat ketidakadilan, terutama yang menimpa kelompok rentan seperti anak-anak. Desakan kolektif ini berhasil mendorong aparat untuk bergerak cepat.
Pelaku Ditangkap, Terancam Pasal Perlindungan Anak
Tak butuh waktu lama bagi aparat gabungan dari Polsek Palas dan Polres Lampung Selatan untuk bertindak.
Pelaku Z berhasil diamankan dan kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum.
Pelaku dijerat dengan Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Baca Juga: Bocah Perempuan Diikat-Disundut Rokok, Bapak dan Anak di Palas Jadi Tersangka
Pasal ini mengatur tentang kekerasan terhadap anak, dengan ancaman hukuman penjara yang tidak main-main.
Langkah tegas kepolisian ini sedikit meredakan amarah publik, namun perjalanan mencari keadilan bagi korban baru saja dimulai.
Kini, fokus utama tidak hanya pada penghukuman pelaku, tetapi juga pada pemulihan korban.
Luka fisik mungkin bisa sembuh, tetapi luka psikis akibat penghinaan dan penyiksaan akan membekas selamanya.
Pendampingan psikologis menjadi krusial untuk membantu S memulihkan kembali keceriaan dan rasa percayanya pada dunia.
Peristiwa di Palas ini harus menjadi pengingat keras bagi kita semua: tidak ada satu pun alasan yang bisa membenarkan kekerasan terhadap anak.