Geger Thailand! PM Paetongtarn Dicopot karena Etika, Kudeta dan Ekonomi Terancam Ambruk?

Selasa, 02 September 2025 | 10:47 WIB
Geger Thailand! PM Paetongtarn Dicopot karena Etika, Kudeta dan Ekonomi Terancam Ambruk?
PM Thailand Paetongtarn Shinawatra dicopot. [Dok. Antara]

Suara.com - Thailand kini berada di ujung tanduk ketidakpastian politik dan ekonomi yang besar, bahkan bayang-bayang kudeta mulai menghantui. Situasi genting ini muncul setelah Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra secara mengejutkan dicopot dari jabatannya pada Jumat lalu.

Pencopotan Paetongtarn didasarkan pada pelanggaran etika. Ini merupakan buntut dari penangguhannya pada bulan Juli, menyusul bocornya percakapan telepon antara dirinya dan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen. Dalam rekaman tersebut, Paetongtarn diketahui mengkritik seorang komandan militer Thailand yang bertugas mengawasi sengketa perbatasan dengan Kamboja.

Padahal, saat itu Paetongtarn justru diduga sedang berupaya menenangkan Hun Sen. Namun, insiden ini justru memicu pertempuran antara Thailand dan Kamboja pada akhir Juli, meskipun gencatan senjata akhirnya tercapai lima hari setelah konflik pecah.

Ekonomi Thailand Terpuruk Akibat Tarif Trump dan Instabilitas Politik

Di sisi ekonomi, ketidakstabilan politik yang memanas ini menjadi penghambat serius bagi upaya Thailand untuk memulihkan ekonominya. Thailand sedang berjuang menghadapi dampak tarif dari pemerintahan Trump dan kini menjadi salah satu pasar dengan kinerja terburuk di Asia. Indeks pasar modal saham di Thailand telah anjlok 11,7 persen sepanjang tahun ini.

Radhika Rao, Ekonom Senior DBS Bank, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Thailand cenderung melemah. Meskipun demikian, bank sentral diperkirakan akan tetap memangkas suku bunga untuk mendukung pertumbuhan.

"Thailand dapat mengalami perlambatan pada paruh kedua tahun ini," kata Radhika, seperti dilansir dari CNBC International, Selasa (2/9/2025).

Sementara itu, Analis Nomura memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Thailand hanya sebesar 1,8 persen. Mereka memprediksi dampak tarif pada paruh kedua tahun ini akan memperburuk siklus ekonomi, diperparah dengan umpan balik negatif antara kondisi keuangan yang ketat dan aktivitas ekonomi yang lemah.

Bank Dunia juga telah memangkas tajam proyeksi pertumbuhan tahunan Thailand untuk tahun 2025 menjadi 1,8 persen, turun dari 2,9 persen. Proyeksi untuk tahun 2026 juga dipangkas menjadi 1,7 persen dari 2,7 persen. Sebagai perbandingan, ekonomi Thailand tumbuh 2,5 persen pada tahun 2024.

Baca Juga: Negara Tetangga Indonesia di Ambang Kekacauan, Potensi Kudeta Militer Mencuat

Peringkat Kredit Thailand Terancam Diturunkan Moody's

Ketidakpastian politik dan pelemahan pertumbuhan ekonomi ini telah membuat para analis Nomura memperkirakan adanya penurunan peringkat kredit negara oleh Moody's dalam beberapa kuartal mendatang.

Sebelumnya, pada bulan April, Moody's telah merevisi prospek peringkat Thailand menjadi "negatif" dari "stabil". Hal ini menandakan meningkatnya ketidakpastian politik dan pelemahan pertumbuhan yang berkelanjutan di negara tersebut. Peringkat kredit negara Moody's untuk Thailand saat ini berada di Baa1.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?