- Andreas mengatakan DPR dijaga TNI harus dipahami sebagai bagian dari upaya menciptakan rasa aman.
- Hugo juga tidak bisa memastikan sampai kapan gedung parlemen akan dijaga aparat TNI, meskipun demonstrasi tak terjadi lagi.
- Politikus PDIP itu menilai situasi aman tidak selalu bisa dilihat dari kondisi di permukaan.
Suara.com - Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Andreas Hugo Pareira, menilai penempatan prajurit TNI di Kompleks Parlemen Senayan harus dipahami sebagai bagian dari upaya menciptakan rasa aman.
Menurutnya, keberadaan aparat keamanan tidak boleh mengganggu aktivitas pekerja parlemen, termasuk wartawan yang setiap hari keluar masuk gedung DPR.
"Jangan sampai itu menjadi hambatan terganggu teman-teman bekerja. Tetapi juga teman-teman bekerja juga perlu keamanan. Kita semua bekerja di sini perlu situasi yang aman," ujar Hugo di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (17/9/2025).
Politikus PDIP itu menilai situasi aman tidak selalu bisa dilihat dari kondisi di permukaan.
Kericuhan yang terjadi saat demonstrasi akhir Agustus lalu, menurut Hugo, menjadi contoh bahwa gangguan keamanan bisa muncul tiba-tiba.
Karenanya, Hugo juga tidak bisa memastikan sampai kapan gedung parlemen akan dijaga aparat TNI, meskipun demonstrasi tak terjadi lagi.

"Tentu pihak keamanan yang mengetahui secara pasti kapan perlu ditarik dan kapan itu masih ada di sini. Dalam arti selama ini kan kita punya fungsi intelijen, kita punya fungsi keamanan yang seharusnya bisa menjaga," ujarnya.
"Karena di sini juga tiap hari teman-teman wartawan juga harus bekerja dengan keluar masuk di sini," katanya menambahkan.
Ia menekankan pentingnya peran intelijen dalam menentukan apakah kondisi sudah benar-benar kondusif atau masih membutuhkan penjagaan tambahan.
Baca Juga: Hak Jawab Mantan KSAD Dudung Abddurrachman soal Masalah Rumah Prajurit
"Itulah fungsinya pentingnya fungsi intelijen. Kalau intelijen tidak bekerja secara maksimal, ya kita pikir semuanya aman tapi ternyata kemudian terjadi peristiwa-peristiwa yang seperti itu," pungkasnya.