- Ruang publik di Jabodetabek menghadapi masalah serius dengan rata-rata 4 puntung rokok mencemari setiap meter persegi
- PT HM Sampoerna (Philip Morris) merupakan penyumbang sampah puntung dan kemasan rokok terbesar di Jabodetabek, diikuti oleh Gudang Garam dan Djarum
- Pencemaran ini bukan lagi insiden acak, melainkan telah menjadi fenomena keseharian yang meluas dan sistematis di berbagai fasilitas umum perkotaan
Suara.com - Sebuah fakta mencengangkan terungkap dari kondisi ruang publik di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Lembaga Lentera Anak menemukan tingkat pencemaran puntung rokok telah mencapai level yang sangat mengkhawatirkan, dengan kepadatan rata-rata 4 puntung rokok di setiap meter persegi.
Temuan ini merupakan hasil audit sampah tembakau yang dilakukan secara komprehensif pada periode April–Mei 2025.
Champaign Strategic Lentera Anak, Effie Herdi, menegaskan bahwa polusi sampah visual ini sudah terjadi secara masif dan menjadi pemandangan sehari-hari di kawasan perkotaan.
"Temuannya di wilayah Jabodetabek, kami menemukan kepadatan rata-rata 4 puntung rokok per 1 meter persegi dan 1 kemasan rokok di setiap 10 meter persegi. Artinya, di 100 meter persegi bisa menemukan 400 puntung dan 10 bungkus kemasan," ungkap Effie dalam sebuah diskusi virtual, Senin (17/11/2025).
Effie menekankan bahwa temuan ini bukanlah sebuah kejadian sporadis atau kebetulan semata.
Sebaliknya, data ini menjadi bukti kuat bahwa polusi puntung rokok telah menjadi fenomena yang sistematis dan meluas, mencemari hampir setiap sudut ruang publik yang kita gunakan bersama.
Sampoerna Jadi 'Juara' Penyumbang Sampah
Untuk mendapatkan data yang akurat, audit ini dilakukan di area seluas 67.204 meter persegi yang mencakup berbagai fasilitas umum seperti trotoar, jalan utama, kafe, taman, pasar, terminal, hingga stasiun.
Sebanyak 275 relawan berhasil mengumpulkan total 18.062 unit sampah hanya dalam waktu 19,3 jam.
Baca Juga: Dikira 'Lebih Aman', Dokter Paru Ungkap Vape Punya Bahaya yang Sama Ngerinya dengan Rokok
Dari jumlah tersebut, 16.847 di antaranya adalah puntung rokok dan 1.215 lainnya merupakan kemasan rokok.
Data ini tidak hanya menunjukkan volume, tetapi juga mengungkap produsen mana yang paling banyak berkontribusi terhadap pencemaran ini.
Hasil audit merek (brand audit) menunjukkan pola yang konsisten. PT HM Sampoerna (Philip Morris International) tercatat sebagai pencemar terbesar.
Sebanyak 35,9 persen sampah kemasan dan 39,5 persen sampah puntung yang ditemukan berasal dari berbagai merek di bawah naungan perusahaan tersebut.
"Di data ini, bisa dibaca HMSP itu Sampoerna, yang kedua ada GGRM itu Gudang Garam, ketiga ada Djarum, keempat ada Nojorono, kelima ada Wismilak, keenam ada British American Tobacco atau Bentoel," ungkap Effie saat memaparkan peringkat perusahaan penyumbang sampah rokok.
Ia menambahkan bahwa perbedaan hasil di setiap lokasi dapat dipengaruhi oleh faktor seperti jumlah relawan, kondisi lingkungan saat audit, dan waktu pengambilan sampel.