- Produksi Garam Berkualitas
Air laut dialirkan ke lahan penggaraman seperti biasa, namun dengan proses yang lebih terkontrol.
- Budidaya Rumput Laut
Di area yang sama, dibudidayakan rumput laut yang memiliki nilai ekonomi tinggi, memanfaatkan air laut yang kaya nutrisi.
- Desalinasi Air Bersih
Sebagian air laut dialihkan ke unit desalinasi. Dengan energi dari panel surya, proses ini mengubah air asin menjadi air bersih yang layak minum.
Hasilnya? Dari satu sumber (air laut dan matahari), petani kini bisa memanen empat produk sekaligus: garam, rumput laut, air bersih, dan listrik.
Dampak Langsung: Dari Riset Menjadi Rupiah
Inovasi ini bukan lagi sekadar prototipe di laboratorium. Dampaknya sudah dirasakan langsung oleh masyarakat.
Baca Juga: Sri Mulyani Mulai Sasar Makanan Ringan Bernatrium, Siap-siap Kena Cukai!
Menurut Wahyudi Agustiono, yang juga merupakan pakar dari SEVIMA, ketersediaan air bersih menjadi perubahan paling signifikan.
"Jika beroperasi 8 jam, teknologi ini bisa menghasilkan air bersih dengan harga jual sekitar 500 ribu rupiah, dan itu sudah kami jual dengan harga di bawah air kemasan. Belum lagi pendapatan dari garam, rumput laut, dan listrik," jelas Wahyudi.
Ini adalah bukti konkret bagaimana sebuah riset teknologi dapat menciptakan ekosistem ekonomi baru di tingkat lokal, memberikan sumber pendapatan berlapis bagi petani yang sebelumnya hanya bergantung pada satu komoditas.
Kolaborasi Global dan Peran Mahasiswa Inovator
Kehebatan proyek "Harvesting Hope" tidak berhenti di Madura.
Dengan prinsip "Locally rooted, globally impacted", proyek ini berhasil menarik perhatian dan kolaborasi dari universitas kelas dunia seperti Newcastle University dan MIT University Melbourne.