Kemitraan riset Indonesia-Australia melalui program KONEKSI ini menjadi jembatan transfer ilmu dan teknologi.
Menariknya, inovasi tidak hanya datang dari para dosen. Mahasiswa yang terlibat langsung di lapangan justru menjadi sumber ide-ide brilian.
"Salah satu contohnya adalah ketika para mahasiswa menemukan solusi teknis berupa pintu air otomatis untuk mengatasi masalah pada budidaya rumput laut, sebuah ide yang lahir dari investigasi langsung di lapangan, bukan dari dosen," ungkap Wahyudi, menunjukkan bahwa ekosistem riset yang sehat mampu memberdayakan setiap elemen di dalamnya.
Prof. Fauzan, setelah kunjungannya ke lokasi proyek, memberikan apresiasi tinggi. "Yang pertama, dalam proses riset itu melibatkan mahasiswa. Artinya, mahasiswa tidak hanya belajar di kampus, tetapi dihadapkan pada tantangan yang sangat bermanfaat... Kedua, dari sisi petani. Mereka mulai memahami dan memiliki pengalaman dalam memproduksi garam dengan lebih baik," tuturnya.
Proyek "Harvesting Hope" adalah cetak biru masa depan. Ia menunjukkan bahwa dengan sentuhan teknologi yang tepat, kolaborasi yang kuat, dan visi yang jelas, masalah-masalah paling mendasar di masyarakat seperti ketidakpastian panen dan kelangkaan air bersih dapat diatasi secara cerdas dan berkelanjutan.
Kisah dari Madura ini adalah inspirasi. Menurut Anda, sektor mana lagi di Indonesia yang sangat membutuhkan sentuhan inovasi teknologi dari kampus seperti ini?
Mari diskusikan di kolom komentar!