Saya Menangis di Dalam Laut Melihat Kondisi Korban Lion Air

Senin, 05 November 2018 | 11:29 WIB
Saya Menangis di Dalam Laut Melihat Kondisi Korban Lion Air
Penyelam Agus Sulaiman. (Suara.com/Arga)

Seperti apa pengalaman selama menyelam bantu proses evakuasi?

Yang pasti secara pribadi maupun organisasi, turut berduka cita. Hal ini bukan yang kita semua inginkan. Tapi ini adalah satu kehendak di luar hal-hal dari diri kita. Ini adalah kehendak Tuhan. Kami turut berduka cita baik untuk korban pesawat JT 610 maupun sahabat kami, yang kemarin baru saja meninggal dunia.

Ini tidak bisa kita sebut sebagai pengalaman. Ini adalah bentuk pengabdian. Kami tidak mau menyebut ini adalah pengalaman. Yang namanya pengabdian, itu naluri yang berbicara. Jadi kita sedapat mungkin dalam melakukan penyelamatan, semua korban kita anggap sebagai saudara.

Sedapat mungkin, kita mengangkut saudara kita yang membutuhkan kondisi yang dilayakkan sesuai dengan agama dan kepercayaan para korban masing-masing. Kita tak memandang apa agama mereka, kita tidak bisa memilih dalam proses pencarian.

Semua korban sedapat mungkin kita cari. Bagi kami, semua korban sama seperti kita. Sama-sama manusia.

Sebanyak 31 kantong jenazah berisi potongan tubuh korban pesawat jatuh Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, tiba di Jakarta International Container Terminal (JICT) II Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (4/11/2018). [Suara.com/Chyntia Sami Bhayangkara]
Sebanyak 31 kantong jenazah berisi potongan tubuh korban pesawat jatuh Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, tiba di Jakarta International Container Terminal (JICT) II Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (4/11/2018). [Suara.com/Chyntia Sami Bhayangkara]

Perasaan anda saat proses evakuasi di dasar laut...

Mungkin, kalau orang lain bisa menangis saat mendengar kabar tersebut. Saya menangis di dalam air saat menyelam.

Sumpah.

Begitu sampai di dasar laut, melihat kondisi di sana, aduh. Saya tidak bisa menggambarkan rasa itu. Saya melihat banyak sekali material pesawat. Kami tidak sporadis.

Baca Juga: Kemenhub Bantu KNKT Investigasi Jatuhnya Pesawat Lion Air

Kita tetap sesuai arahan. Apapun yang ada di depan pandangan, kita ambil. Kalau saya tidak bisa memainkan emosi, rasanya semua yang ada dihadapan saya, ingin saya rauk. Tapi kita memiliki keterbatasan. Waktu salah satunya.

Saya selalu memantau deep computer. Itu alat yang mengatur keselamatan kita. Kalau saya selalu membuat pengamanan untuk diri saya berlapis.

Ada yang manual, ada yang automatis, dan saya masih bawa cadangan dua alat lagi.

Kondisi di dasar laut di perairan Karawang seperti apa?

Kondisi pesawat Lion Air saja berhamburan, apalagi tubuh manusia. Bisa dibayangkan sendiri seperti apa kondisinya.

Jadi kalau kita tidak bisa menguasai emosi diri sendiri, apapun ingin kita raih. Tapi jangan lupa, kita memiliki batas waktu saat melakukan penyelaman.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI