Kita melihat orang Tamil kulitnya hitam. Itu sebenarnya memang alamnya seperti itu, sebenarnya mereka sudah ada gelombang panas di situ tapi suhunya 50-60 derajat celcius. Contohnya yang paling nyata tentunya di kutub. Di kutub sekarang tiap tahun hampir terjadi kenaikan suhu 1 derajat celcius.
Kalau ini dibiarkan terus memang akan berbahaya. Tapi bagaimana pun perubahan iklim atau kenaikan suhu terus berjalan tiap tahun. Itu malah bukan linear ya, eksponensial. Jadi naiknya lebih, 2 – 3 kali nya.
Kalau di Indonesia sendiri, berarti perubahan iklim ini belum terjadi?
Sebenarnya sudah, contoh perubahan iklim yang sering kita rasakan yang mungkin orang belum merasakan yaitu terlambatnya datangnya hujan. Atau musim kemarau yang terlalu panjang. Kalau musim kemarau yang terlalu panjang, maka musim hujam semakin pendek. Itu dari segi meteorologi. Kalau dari astronomi kita bisa lihat, sekarang perubahan iklim ini membawa pada pergeseran astronomi contohnya zodiak atau bintang-bintang.
Kemudian kebakaran, kebakaran di Indonesia yang sampai membawa asap ke Malaysia itu kan susah dibendung sampai sekarang. Asap-asap itulah yang bisa menyebabkan partikel-partikel di udara menjadi lebih berat dan bisa menghantui tranportasi di udara.
Perubahan iklim terjadi jika suhu sampai meningkat 2 derajat, kapan ini akan terjadi?
Kalau di Indonesia saya belum melihat apakah, kita negara membangun ya, apakah kita sudah mencapai sampai 2 derajat atau belum. Karena kalau perjanjian Paris kan kita harus menjaga 1,5 sampai 2 jangan sampai lebih dari itu kenaikan suhunya.
Jadi kalau sudah lebih dari 2 derajat berarti kualitas udaranya sudah buruk dan itu nanti penyakit akan semakin banyak. Saya belum sampai ke sana, belum meneliti sampai ke Indonesia, apalagi kita mau membangun, kita masih banyak memerlukan industri, pabrik-pabrik, kilang-kilang, dan sebagainya.
Kita tidak bisa menentukan kapan akan berakhirnya perubahan iklim selagi pembangunan itu masih ada, dan manusia masih ingin mencapai sesuai target,. Di situlah tetap akan kenaikan.
Baca Juga: Wayan Suparta Bicara Tentang Perubahan Iklim yang Melanda Indonesia
Kecuali kalau negara-negara yang sudah stabil sudah membangun, sudah established, seperti Belanda, Jepang, itu mereka bisa mnegurangi kadar penurunan CO2 atau karbondioksida. Ditambah lagi mereka mengadakan program-program, mengendalikan manusia dengan beberapa regulasi seperti naik sepeda.
Naik sepeda itu salah satu program yang paling mudah yang bisa dilakukan orang untuk meredam kenaikan CO2, untuk mengurangi bahan bakar fosil. Atau kalau mau menggunakan kendaraan, gunakan bahan bakar matahari kalau mau aman. Selagi kita menggunakan bahan bakar fosil, maka karbondioksida atau gas rumah kaca itu akan selalu naik.
Isu pencemaran udara menjadi headline di media massa belakangan. Jakarta menjadi kota di dunia paling tercemar udara. Apakah ini ada hubungannya dengan perubahan iklim?
Kalau suhu panas kemarin itu kan berifat lokal. Hanya beberapa daerah di Jabodetabek, Sulawesi, Palembang, Bali, Nusa Tenggara, Semarang, dan Solo. Kalau kita lihat itu kan kota-kota besar.
Kalau saya melihat analisa saya itu adalah karena pembangunan contoh di Ciputat, ini daerah membangun sekali; banyak membuat jalan tol, dan terlihat beberapa pohon juga kurang. Ketika matahari memancarkan cahayanya, tapi tidak ada pohon langsung ke daratan, tidak ada yang menyerap, maka kita kena cuaca panas gitu. Jadi, itulah salah satu sebab mengapa kita melihat suhu itu meningkat, itu satu.
Yang kedua perairan di permukaan laut. Ini mereka mengalami pendinginan. Kalau permukaan laut dingin maka mereka akan menguapkan alirannya ke darat, ini di siang hari, nah ini yang menyebabkan panas. Jadi panasnya bertambah. Mengapa di permukaan itu panas, karena di bawahnya itu dingin. Ini namanya ada sirkulasi.