Sampurno, Eks Kepala BPOM: Rentan, Industri Farmasi Masih Bergantung Impor

Minggu, 20 September 2020 | 04:42 WIB
Sampurno, Eks Kepala BPOM: Rentan, Industri Farmasi Masih Bergantung Impor
Ilustrasi wawancara. Dr Sampurno Apt, MBA, mantan Kepala BPOM. [Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Presiden Filipina mau ambil risiko: daripada rakyat saya mati, lebih baik saya impor ini. kalo kita ini kan sudah ada obat yang sudah digunakan, sudah beredar di pasaran, sudah ada izin, sudah dipake dokter.

Gak usah diproduksi kalo dokter nulis obat ini, obat itu, kan boleh. Gak salah, secara profesional dia bisa dipertanggungjawabkan. Secara legal dia bisa dipertanggungjawabkan. Kalo di-otak-atik otak-atik ya mustinya orang-orang itu duduk bersama. Jangan malah Badan POM: oh ini kurang itu, kurang ini. Sebetulnya ngerti gak sih...

Yang mengkritik termasuk dari UGM loh Pak.

Saya kasih warning. Anda kontribusi positifnya apa? Kenapa enggak join aja. Join untuk diskusi bersama, cari solusinya. Kalo hanya mengkritik aja, saya juga bisa. Tapi how to solve the problem.

Ini emergency nasional memerlukan semua pihak, tidak hanya sekedar mengkritik.

Hasilnya belum ketahuan tapi sudah diperdebatkan?

Iya, karena banyak kepentingan. Ini yang diobati sakit apa, parah atau tidak, OTG atau sedang atau moderat atau apa. Itu kan bisa dilihat kembali hasil penelitiannya. Bisa dipilah-pilah kembali, saya katakan begitu. Ada yang mengatakan, mantan anak buah saya: ‘Pak kalo datanya dipilah-pilah itu menjadi tidak berintegritas datanya.’ Saya bilang, kalo Anda menempuh pendidikan doktor dalam disertasi itu ada uji validitas.’

Uji validitas gak masalah. Biasa data peneliti itu diuji. Valid gak datanya dan ini juga bisa dilaksanakan seperti itu. Jadi kita harus fleksibel, harus ada diskresi Bu, tidak usah: oh gak bisa ini, gak bisa itu. Gak bener itu. Sementara itu orang udah 200.000, itu yang terperiksa, yang tidak terperiksa angka itu bisa menjadi lebih besar lagi.

WHO mengeluarkan statement katanya nasionalisme vaksin dapat menghambat penghentian pandemi. Bagaimana komentar Pak Sampurno?

Baca Juga: Mengenal Marissa Hutabarat WNI yang Jadi Hakim di Pengadilan AS

Ya memang harus sadar ya Bu. Ini kan kita berpacu dengan waktu. Kita sekarang ini sedang mengembangkan vaksin yang berasal dari Cina. Tapi ada juga vaksin yang dikembangkan dari perusahaan, seperti Pfizer dan perusahaan lain. Menurut saya ya, siapa yang cepat siapa yang produknya efektif, bisa kita gunakan. Dan tidak harus terpaku kepada yang dari Cina. Kalo nanti ternyata dari Pfizer dan yang lain-lain itu bisa di-launching ya kita gunakan. Hanya masalahnya di sini mau tidak mau, meskipun ini ada substansinya itu kemanusiaan, tapi kan ada juga ada unsur bisnisnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI