Coba kita lihat misalnya, ketika saya pertama ke China 20 tahun lalu tahun 1999 atau 2000, saya berkunjung [diminta] ke sini. China pada waktu itu kan belum punya Alibaba. Saat itu dia juga belum punya Huawei, atau paling tidak baru mulai. Industri teknologinya belum berkembang seperti sekarang.
Look what happen to China 20 years after.
Kita ini kan sedang memasuki juga tahapan seperti itu. Kita ingin juga, apalagi dengan kemajuan teknologi, mengalami hal yang sama. Mungkin dalam waktu 15 tahun. Nah, ini opportunity.
Ini saya kira kesempatan atau momentum yang dilihat oleh Pak Jokowi dan jajarannya. So this is the time for us untuk maju. Karena ini kan mewujudkan mimpi bapak bangsa kita. Mimpi bapak bangsa kita: pada saat kita merayakan HUT Kemerdekaan ke-100, kita sudah menjadi negara maju. Inilah momentumnya. Buat saya simple aja, kita jangan kehilangan momentum.
Dalam memanfaatkan momentum yang ada sekarang, kita harus menjalin kerja sama dengan negara-negara yang kuat di dunia. Salah satunya adalah China.
Apalagi China mulai menaruh lebih banyak perhatian di kawasan Asia. Hubungannya dengan Amerika sedang terganggu.
Betul. Buat saya kan kita menjalin hubungan... supaya lebih simple saya buat ilustrasi sebagai berikut:
Saya tinggal di Bintaro sektor 5 kemudian saya lihat di sektor 9 itu maju. Ah saya mau bangun kerjasamalah dengan sektor 9. Padahal selama ini Bintaro juga ada kerjasama dengan Menteng. Menteng itu orang-orang kaya lah atau Kebayoran Baru. Tapi bukan berarti kan kemudian begitu kita menjalin kerjasama dengan sektor 9 atau dengan BSD (Bumi Serpong Damai), lalu kita tinggalkan kerjasama dengan Menteng, kerjasama dengan Kebayoran Baru. Kan enggak.
Jadi Indonesia sekarang menjalin kerjasama dengan China. Tetangga kita, dekat kan. Tapi kita juga tetap menjaga hubungan baik dengan pelaku-pelaku global lainnya seperti Amerika, Eropa, Jepang, dll. Kenapa? Kan ini kembali ke falsafah dasar politik luar negeri kita yang digagas oleh Bapak Bangsa kita yang dibuat oleh Bung Hatta: “Mendayung di antara dua karang.”
Sekarang kan kita mendayung di antara banyak karang. Janganlah perahu kita itu kita tabrakkan ke karang tersebut, hancur nanti perahunya. Jadi bagaimana kita bisa mendayung cantik di antara berbagai karang ini sehingga perahu kita, Indonesia, jalan dengan baik dan kita mendapatkan manfaat dari kerjasama-kerjasama tersebut. Saya kira bapak-bapak bangsa itu udah berpikiran jauh ke depan.
Baca Juga: Penelitian Awal Vaksin Sinovac Dilakukan di Luar Negeri, Ini Kata BPOM
Sebagai duta besar yang berkuasa penuh di China tentu mengemban tanggung jawab besar karena begitu banyak potensi yang bisa digarap di sini. China kan salah satu raksasa ekonomi dunia.