Dubes RI Djauhari Oratmangun: China Dukung Kita Jadi Pusat Produksi Vaksin

Kamis, 29 Oktober 2020 | 12:15 WIB
Dubes RI Djauhari Oratmangun: China Dukung Kita Jadi Pusat Produksi Vaksin
Ilustrasi wawancara. Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun. [Foto: Dok. KBRI / Olah gambar: Suara.com]

Di tengah pandemi COVID-19, kegiatan ekonomi maupun pertemuan tetap berlangsung? Sudah berangsur normalkah?

Di sini, di seluruh China, total [kasus terinfeksi virus corona --Red] itu sekitar 400-an saja sekarang. Dan sudah 14 atau 15 provinsi yang bebas COVID. Kebanyakan itu imported cases, jadi bukan kasus dari China. Memang [kegiatan] sudah aktif di sini.

China sendiri sudah enggak ada [kasus corona], tapi [kasus] itu datang dari luar China. Apakah itu orang China yang bepergian ke luar negeri, terus kembali. Semua [pasien COVID-19] ditampung di rumah sakit. Cuma ya gitu, walaupun sudah jalan lancar, semua protokol kesehatan tetap ketat diterapkan: kita semua wajib pakai masker; kalo ada kota-kota yang [menerapkan] aturan karantina, ya, kita harus karantina. Seperti di Tengchong, kan saya karantina 5 hari.

Apa yang bisa kita pelajari dari bagaimana China meng-handle penyebaran virus corona? Pernah diberitakan bahwa ada satu kota di China yang menemukan kasus kurang dari 10 tetapi kemudian seluruh warganya dites swab.

Iya, itu di kota Qingdao. Terdeteksi ada 8 orang terinfeksi virus corona, lalu seluruh warga sekitar 11 juta orang dites swab. Kita mustinya ada kegiatan juga di sana. Akhirnya hajatannya diubah menjadi virtual karena kotanya sudah ada kasus itu dan sedang di-swab. Akhirnya kegiatannya dipindah ke Beijing, kita lakukan secara virtual. Itu tanggal 17 Oktober kemarin.

Untuk urusan tes swab, China melakukannya dengan jauh lebih masif jika dibandingkan dengan Indonesia ya?

Ya, karena kan mereka termasuk yang produsen. Mereka yang buat alat itu. Kita juga kan sudah. Sekarang tes swab juga banyak dilakukan di dalam negeri [Indonesia].

China sudah mulai melakukan itu sejak Februari. Seluruh kota Wuhan [kota ditemukannya pasien virus corona pertama --Red] juga swab semua, hanya dalam beberapa hari saja setelah akan dibuka kembali. Jadi ya, semua di-swab.

Kembali ke soal pertemuan di Yunnan beberapa waktu lalu, mengapa dipilih kota ini sebagai tempat pertemuan? Adakah pertimbangan khusus?

Baca Juga: Penelitian Awal Vaksin Sinovac Dilakukan di Luar Negeri, Ini Kata BPOM

Itu keputusan Menlu China yang merangkap juga State Counsellor atau anggota Dewan Negara di China. Mungkin mereka ingin memperkenalkan daerah lain juga selain Beijing, kan. Waktu dengan Bu Menlu [Menteri Luar Negeri Retno Marsudi --Red] dan Menteri BUMN [Erick Thohir] kan pertemuannya diselenggarakan di kota Sanya di Hainan. Itu kan kota turis. Jadi mereka lagi promo itu.

Kalo Yunnan ini kan, kalo kita belajar sejarah-antropologi, kebanyakan keturunan baik dari kawasan Asia Tenggara maupun Amerika Latin, itu berasal dari Provinsi Yunnan.

Leluhur-leluhur [suku] Batak kan kebanyakan dari Yunnan juga. Ribuan tahun lalu. Ya, kebetulan Menko Maritim dan Investasi orang Batak, jadi ya mungkin pertimbangan Menlu China, “Kita adakan aja di sini.” Dan memang kota ini kota semitropis, jadi tidak dingin. Paling dingin itu 15 derajat celcius. Jadi sejuk, enak dan indah kotanya. Kota kecil tapi indah.

Penduduknya lumayan besar ya Pak? Sekitar 40 jutaan?

Enggak, itu kalo provinsi. Kalo kota Tengchong hanya 700-an ribu. Pertemuannya kan di Tengchong. Itu letaknya pas di perbatasan dengan Myanmar. Akulturasi budaya di sini juga luar biasa. Kita bisa lihat dari cara mereka berpakaian. Makanannya itu cenderung ke Southeast Asia, khususnya Myanmar. Rasanya, kadang kala saat saya makan, ini kok rasanya seperti makanan di Medan. Jadi ya, mungkin benar juga itu leluhur-leluhurnya [orang Batak] dari sini… hahaha.

Jadi ada kedekatan emosional ya Pak?

Ya, kalo kita dulu di SMA atau universitas belajar antropologi, kan disebutkan bahwa ada sebagian warga Nusantara, pada saat itu belum Indonesia, berasal dari Yunnan juga.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI