Membangun daerah itu bukan pekerjaan yang ada garis finish-nya. Walaupun kami tahu bahwa ada batasan periode jabatan, tapi menjadi kepala daerah itu bukan sekadar pekerjaan, tapi bagian dari hidup kami—it's our life. Identitas kami terikat dengan posisi ini.
Ketika ada dukungan signifikan untuk maju kembali, panggilan hati pun berkata iya. Pencapaian selama lima tahun terakhir sudah banyak, seperti pengentasan kemiskinan ekstrem yang turun dari 4,4% di atas rata-rata nasional menjadi 0,66%, dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari 71 menjadi 73, lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Fokusnya pada Pilgub Jatim kali ini, Mas Emil menghadapi tiga serikandi sebagai lawan. Apa yang menjadi keunggulan pasangan Khofifah-Emil dibandingkan kandidat lain?
Masyarakat punya hati dan pikiran, dan mereka melihat dedikasi Bu Khofifah. Contohnya, beliau sering mengecek pasar di pagi hari untuk memastikan harga-harga tetap stabil. Itu pengorbanan yang membangun hubungan batin dengan masyarakat.
Pengabdian beliau terasa hingga ke level terendah. Kami pun mengapresiasi dukungan masyarakat, baik dari mereka yang pernah berjuang bersama maupun yang baru memberikan dukungan.
Terkait cara kampanye Mas Emil di Pasar Baru Kamal yang mirip dengan blusukan Pak Jokowi, apakah ini terinspirasi dari kesuksesan beliau?
Kampanye itu kombinasi dialog dan diskusi. Di pasar, kami tidak bisa terlalu panjang menjelaskan, tapi masyarakat ingin bersalaman dan bertemu lagi.
Itu bentuk "kulonuwun" kepada warga Jawa Timur, ekspresi menghormati dan mengajak mereka bersama-sama. Jadi, ini bukan hanya saat kampanye, tetapi bagian dari pendekatan kami selama menjabat.
Baca Juga: Pilkada Jatim 2024: Emil Dardak Ungkap Keunggulan Khofifah Dibanding Risma-Luluk