Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, akibat pagebluk corona covid-19 yang berlarut-larut, membuat proses pemulihan ekonomi nasional berjalan tidak stabil.
Maka dari itu, kata dia, pemerintah berkomitmen untuk menempatkan APBN sebagai instrumen fiskal untuk melindungi masyarakat dan perekonomian di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian ini.
“Artinya kita perlu untuk terus menjaga bulan Agustus ini, gerakan indikatornya masih sangat bervariasi. Ada yang masih tetap positif, ada yang sudah menunjukkan flat, atau bahkan terjadi pembalikan dari bulan Juni menjadi ke zona negatif lagi.," kata Sri Mulyani dalam konferensi video di Jakarta, Selasa (25/8/2020).
Jadi, kata Sri Mulyani, pemerintah harus berhati-hati karena proses pemulihan ekonomi tidak berjalan secara stabil dan solid, yang terlihat pada indikator bulan Juli.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menambahkan, APBN akan terus diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan dan pemulihan ekonomi, baik dari sisi penerimaan maupun belanja.
"Sehingga tren untuk pemulihan ekonomi bulan Juli bisa semakin distabilkan dan dibuat jauh lebih bertahan dan positif, agar kita betul-betul bisa memulihkan ekonomi pada kuartal ketiga dan selanjutnya," katanya.
Wanita kelahiran Lampung ini menambahkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 bisa negatif sampai 2 persen.
Jika itu benar terjadi, ekonomi Indonesia dipastikan sudah masuk dalam jurang resesi, karena kuartal II sudah negatif 5,32 persen.
"Kalau indikator di Juli di kuartal III down side risk tetapi suatu risiko nyata. Kuartal III 0 sampai negatif 2 persen," kata dia.
Baca Juga: Sri Mulyani Pastikan Indonesia Resesi Jika Kuartal III Negatif
Dengan pergeseran yang belum solid ini dirinya memperkirakan keseluruhan tahun ekonomi untuk 2020 pada kisaran minus 1,1 sampai dengan 0,2 persen.