Panen Kedelai, Mentan Ajak Petani Penuhi Makanan Bergizi bagi Masyarakat

Rabu, 04 November 2020 | 14:42 WIB
Panen Kedelai, Mentan Ajak Petani Penuhi Makanan Bergizi bagi Masyarakat
Mentan, Syahrul Yasin Limpo. (Dok : Kementan)

Suara.com - Pemerintah merasa perlu menyediakan bahan pangan bergizi bagi masyarakat, terutama di masa pandemi Covid-19. Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menyebut, kedelai merupakan salah satu bahan pangan bergizi, yang harus dipastikan ketersediannya.

"Untuk 273 juta penduduk Indonesia, kita harus produksi sebanyak-banyaknya, dan kebutuhan kedelai itu 2 sampai 3 juta ton. Orang di Pulau Jawa tidak bisa makan tanpa tahu dan tempe. Sekarang kita banyak dipenuhi oleh impor, sementara di luar sana juga takut kehilangan sumber dayanya. Jadi kita tanam kedelai sekarang, biar tahun depan, kedelai kita cukup," ujarnya, saat panen kedelai di Desa Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Rabu (4/11/2020). 

Mentan, Syahrul Yasin Limpo. (Dok : Kementan)
Mentan, Syahrul Yasin Limpo. (Dok : Kementan)

Mentan Gurbenur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar dan Bupati Polewali Mandar, Andi Ibrahim Masdar.

Panen kedelai di lokasi tersebut merupakan upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dengan dukungan pemerintah daerah, dengan tujuan untuk menyokong ketahanan pangan nasional di kawasan ini.

Syahrul menyatakan, penyediaan kedelai dalam jumlah mencukupi sangat penting sebagai bahan pangan bergizi bagi masyarakat, dan terkait hal tersebut membutuhkan dukungan dari berbagai stakeholder di tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini.

Kebutuhan kedelai sendiri untuk satu tahun mencapai 90 persen untuk tempe tahu, 5 persen untuk kecap, yoghurt dan produk makanan lain. Kendala saat ini, benih kedelai bersertifikat terbatas dan sebagian besar terkonsentrasi di Jawa, dengan masa kadaluarsa benih pendek sekitar 4 bulan. Ini butuh dukungan dari daerah yang memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan produksi kedelai.

Mentan, Syahrul Yasin Limpo. (Dok : Kementan)
Mentan, Syahrul Yasin Limpo. (Dok : Kementan)

Guna memenuhi kebutuhan dalam negeri, saat ini Kementan melakukan pemberian bantuan sarana produksi, alat pra panen dan pasca panen, serta mendorong para petani untuk menggunakan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR) dan pengembangan pertanian berbasis korporasi dan klaster.

Bentuk komitmen Kementan tahun ini dikembangkan dengan bantuan budi daya kedelai seluas 500 hektare di Polewali Mandar.  Syahrul minta jajarannya  mendampingi produksi pertanaman di Polman, dengan menjaga kualitas bibit tanaman yang terbaik.

"Ditjen Tanaman Pangan, ganti bibit di sini (untuk seluruh komoditas) 1.000 hektare bibit ya. Mau padi, jagung, kedelai, nanti bupati yang bantu atur mau dikasih kemana bibit ini," perintahnya, kepada Direktur Akabi Ditjen Tanaman Pangan.

Baca Juga: Optimalkan Pertanian, Kementan Tingkatkan Ekspor dalam 4 Tahun ke Depan

Data panen Kedelai Provinsi Sulawesi Barat  2019, terdapat luas tanam sebesar 16.158 hektare, dengan produksi 28.800 ton biji kering, dengan produktivitas sekitar 1,7 ton/hektare.

Mentan menyampaikan, perlu adanya pengembangan varietas benih yang provitasnya lebih tinggi lagi.

"Pengembangan varietas benih provitas di atas 3 ton per hektare, dengan kunci pengembangan kedelai, ada di aspek benih dan harga. Seluruh benih unggul di Litbang Kementan harus disalurkan untuk peningkatan produksi," katanya

Hilirisasi menjadi hal yang penting dalam mengembangkan kedelai untuk mensolusi harga. Oleh karenanya, Syahrul kembali dengan tegas menyatakan, perlu dibangun kemitraan petani dengan industri, supaya dapat memberi kepastian pasar dan pemanfaatan KUR, sehingga petani tidak hanya mengandalkan bantuan pemerintah.

"Perumusan sistem pemasaran produk menjadi hal yang mesti diperhatikan untuk bisa mengenalkan produk lokal. Komitmen Kementan terhadap kedelai sangat kuat. Pengembangan kedelai dikelola dengan model korporasi petani, sehingga semua pelaku usaha mendapat manfaat dari program ini. Petani memperoleh layanan sarana produksi dan modal, terlindungi asuransi dan ada kepastian pasar dan jaminan harganya," ujar Syahrul.

Terkait hal itu, Direktur PT. Dwitunggal Nusa Mandiri, Petrus Chandra, sebagai perusahaan Mitra Petani dengan fungsi offtaker, turut hadir. Ia menyambut hasil produksi dari petani dengan menyerap pembelian kedelai di Sulbar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI