Industri Esports Bawa Dampak Positif untuk Penyerapan Tenaga Kerja dan Ekonomi

Iwan Supriyatna Suara.Com
Senin, 01 November 2021 | 10:30 WIB
Industri Esports Bawa Dampak Positif untuk Penyerapan Tenaga Kerja dan Ekonomi
Ilustrasi para pemain game dalam sebuah turnamen esports di Moskwa, Rusia (Shutterstock).

“Sejak PUBG MOBILE masuk ke Indonesia pada tahun 2018, kami tidak hanya membawa game, akan tetapi sebuah ekosistem esports berkelanjutan yang dapat memunculkan sebuah industri baru di Indonesia. Dengan ekosistem yang kami rancang tersebut, dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru di bidang kreatif yang membantu ekonomi Indonesia,” jelas Aswin Atonie, Country Manager Tencent Games Indonesia

Namun di tengah perkembangan dunia esports yang luar biasa, masih saja bermunculan stigma negatif. Untuk menguranginya, memang membutuhkan waktu yang cukup panjang dan harus didukung oleh semua kalangan, baik developer game, pemerintah, media dan berbagai stakeholder lainya.

Stigma tersebut muncul dikarenakan hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengerti mengapa esport bisa termasuk olahraga. Hal tersebut telah sering dijelaskan oleh pihak Kominfo di berbagai kesempatan, bahwa esport termasuk olahraga, bukan hanya gaming semata, karena memiliki 3 unsur dasar, yakni unsur kompetitif, unsur sportifitas, dan unsur prestasi.

“Karena game dan esports adalah industri baru banyak dari orang tua tidak tahu perkembangan zaman saat ini dan menganggap game hanya menghabiskan waktu dan salah arah. Makanya perlu sosialisasi untuk masyarakat. dan industri ini juga perlu membuktikan bahwa ada kontribusi untuk ekonomi digitalnya. perihal PUBG MOBILE, Kominfo pernah membawanya ke MUI dan kami sudah menjelaskan bahwa ini adalah esports dan saya sendiri yang mendampingi waktu itu. Jadi sebenarnya tidak ada judi di dalam esports, sebab tiap permainan bisa dijudikan tetapi itu adalah oknum atau individunya, begitu ada yang dipertandingkan baru masuk penegak hukum bukan game-nya yang dilarang,” kata Semuel.

Lebih jauh Aswin Atonie mengatakan, bermain game itu berbeda sekali dengan dunia eSports, kalau hanya bermain game, pasti bakal menjadi stigma negatif dari orang tua.

"Namun esport berbeda, karena esport adalah sebuah industri dimana setiap jam yang dihabiskan oleh pro player sangat berharga, tidak hanya mengasah skill semata, namun ada juga analisa tentang kesalahan, kekurangan dan strategi kedepannya dengan melibatkan berbagai pihak seperti pelatih dan analis,” kata Aswin.

Indonesia memiliki 44,2 juta pemain gim e-sport. Jumlah ini diyakini akan mengalami pertumbuhan mencapai 37 persen dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Persebarannya pun cukup merata dari Sabang sampai Merauke.

Selain itu komunitas-komunitas yang dibentuk tersebut tidak hanya melakukan bermain game bareng saja, akan tetapi juga melakukan aksi-aksi sosial yang produktif untuk daerahnya masing-masing.

Baca Juga: Buruan Klaim Kode Redeem Valorant November 2021

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI