Tingginya persentase sampah yang dipilah dengan tepat dan dibuang pada tempat yang disediakan menjadi salah satu bukti dari kesiapan konsumen untuk mendukung pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dan transisi berkelanjutan.
Temuan ini menjadi angin segar bagi upaya pelestarian lingkungan secara keseluruhan. Dengan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat, diharapkan semakin banyak individu yang akan aktif berkontribusi dalam upaya pengurangan sampah dan daur ulang dalam skala yang lebih luas.
Program pengelolaan sampah bukanlah merupakan inisiatif pertama yang dijalankan Bobobox untuk mengurangi dampak negatif dari operasional bisnis perusahaan terhadap lingkungan. Sebelumnya, perusahaan gaya hidup berbasis teknologi ini sudah terlebih dahulu mempertimbangkan aspek keberlanjutan sejak proses pengembangan desain produk.
Salah satu strategi yang diterapkan oleh perusahaan adalah melalui penggunaan kunci digital dalam bentuk QR Code untuk menggantikan kunci kamar tradisional. Dengan inisiatif QR Code ini, Bobobox mampu mengurangi penggunaan lebih dari 9,000 kunci kamar plastik dalam enam tahun terakhir.
Pengurangan limbah plastik juga dilakukan pada tahap produksi dengan mengedepankan efisiensi material pada setiap pembuatan pods ataupun cabin.
Bobobox juga terus berupaya mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai dalam kegiatan operasionalnya dengan menyediakan fasilitas pengisian ulang air minum. Langkah ini tercatat mampu mendorong konsumen untuk menggunakan botol air minum pribadi mereka dan mengisi ulang di filtrasi air yang disediakan oleh Bobobox.
“Harapannya, kami ingin mengurangi jumlah sampah plastik yang langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Selain itu, kami ingin memberikan contoh positif dalam manajemen sampah di sektor perhotelan, mendorong perusahaan lain untuk senantiasa menerapkan praktik keberlanjutan, terutama dalam pengelolaan limbah,” tutup Satria.