Tarif Impor Bikin IHSG Babak Belur, Bos BEI Siapkan Jurus Jitu Redam Kepanikan Investor

Selasa, 08 April 2025 | 11:19 WIB
Tarif Impor Bikin IHSG Babak Belur, Bos BEI Siapkan Jurus Jitu Redam Kepanikan Investor
Ilustrasi penurunan grafik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (18/3/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah proaktif untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan kepercayaan investor di tengah gejolak ekonomi global.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman, dengan optimis mengumumkan penyesuaian signifikan terhadap ketentuan penghentian sementara perdagangan efek (trading halt) dan batasan persentase auto rejection bawah (ARB). Langkah ini diyakini akan menjadi "jurus ampuh" untuk meredam potensi volatilitas pasar.

Dalam sesi konferensi pers yang digelar di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (8/4/2025), Iman Rachman menegaskan bahwa penyesuaian ketentuan ini merupakan respons strategis BEI terhadap dinamika pasar global, terutama menyikapi kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Mudah-mudahan bisa memberikan confidence tambahan kepada para investor di pasar modal," ujar Iman dengan nada penuh harapan. Ia menjelaskan bahwa langkah ini adalah bagian dari serangkaian strategi yang disiapkan BEI untuk mengantisipasi dampak dari kebijakan tarif global terhadap pasar modal Indonesia.

Sebelumnya, BEI juga telah mengeluarkan kebijakan yang memberikan angin segar bagi emiten, yaitu izin untuk melakukan aksi pembelian kembali saham (buyback) tanpa memerlukan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Iman berharap kebijakan ini dapat meningkatkan likuiditas pasar, tidak hanya dari investor institusi dan ritel, tetapi juga dari permintaan korporasi melalui aksi buyback.

Tidak hanya fokus pada stabilitas jangka pendek, BEI juga memiliki visi jangka panjang untuk mengembangkan pasar modal Indonesia. Iman mengungkapkan potensi diversifikasi produk dengan memperkenalkan instrumen baru yang menarik, seperti structured warrant, single stock futures (SSF), serta kontrak berjangka instrumen asing. Selain itu, BEI juga tengah mengkaji peluncuran instrumen exchange-traded fund (ETF) emas.

Lebih lanjut, BEI memiliki ambisi besar untuk meningkatkan kapasitas perdagangan melalui pengembangan teknologi informasi (IT). "Kita harapkan tahun depan ada pengembangan di sisi information technology (IT) yang cukup besar dari bursa, sehingga kita harapkan bisa melakukan perdagangan tiga kali lipat dari yang sekarang," jelas Iman.

Upaya BEI untuk meningkatkan likuiditas pasar juga tercermin dalam peninjauan terhadap instrumen-instrumen likuiditas yang ada, seperti liquidity provider. Selain itu, BEI juga tengah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait rencana pembukaan kode domisili di sesi pertama perdagangan dan kode broker.

"Kita sedang melihat bagaimana rencana sudah dengan diskusikan OJK terkait pembukaan kode domisili di sesi pertama dan kode broker. Mudah-mudahan bisa keluar dalam waktu dekat," imbuh Iman.

Baca Juga: Alasan Indonesia Diprediksi Tetap Kuat Meski Ekonomi Diguncang Tarif Trump

Penyesuaian ketentuan trading halt dan batasan persentase ARB ini tertuang dalam dua Surat Keputusan Direksi Bursa yang baru diterbitkan, yaitu Nomor Kep-00002/BEI/04-2025 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat dan Nomor Kep-00003/BEI/04-2025 perihal Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas. Kedua surat keputusan ini merupakan perubahan dari peraturan sebelumnya, yaitu Surat Keputusan Direksi Bursa Nomor Kep-00196/BEI/12-2024 dan Nomor Kep-00024/BEI/03-2020.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI