IHSG Bersiap Uji ke Level 7.000, Meski Dihantui Tekanan Perekonomian yang Melambat

Achmad Fauzi Suara.Com
Rabu, 07 Mei 2025 | 08:27 WIB
IHSG Bersiap Uji ke Level 7.000, Meski Dihantui Tekanan Perekonomian yang Melambat
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/3).
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (30/12/2024). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.]
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (30/12/2024). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.]

Senada dengan Fanny, Pilarmas Investindo Sekuritas juga memproyeksikan IHSG menguat terbatas.

Secara teknikal, analis menilai bahwa pergerakan IHSG masih dalam tren konsolidasi, dengan potensi penguatan yang terbatas.

"IHSG berpotensi melanjutkan penguatan namun terbatas, dengan level support di 6.700 dan resistance di kisaran 6.980," tulis tim riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam laporan hariannya.

Sentimen positif di pasar domestik datang dari data ketenagakerjaan Indonesia yang menunjukkan perbaikan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada kuartal I 2025 turun menjadi 4,76 persen, dibandingkan 4,82 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini merupakan yang terendah sejak krisis moneter 1997.

Seiring dengan itu, jumlah tenaga kerja meningkat 2,52 persen menjadi 145,77 juta orang, terutama di sektor perdagangan besar dan eceran, serta reparasi dan perawatan kendaraan bermotor.

Namun demikian, dari sisi makroekonomi, pertumbuhan ekonomi nasional justru mengalami pelemahan. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I 2025 tumbuh 4,87 persen secara tahunan (YoY), turun dari 5,02 persen pada kuartal IV 2024.

Ini menjadi tingkat pertumbuhan terlemah sejak kuartal III tahun 2021. Pelemahan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan belanja pemerintah dan melambatnya permintaan global.

Kinerja ekspor Indonesia tercatat melambat menjadi 6,78 persen dari sebelumnya 7,63 persen, mencerminkan lemahnya permintaan dari negara mitra dagang utama. Sementara itu, pertumbuhan impor anjlok tajam menjadi 3,96 persen dari 10,36 persen, mencerminkan tekanan terhadap daya beli domestik.

Meski demikian, pemerintah tetap optimistis dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen untuk tahun ini, dan antara 5,8 persen hingga 6,3 persen pada tahun 2026.

Baca Juga: Boy Thohir Borong 46,8 Juta Lembar Saham MBMA

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI