Jadi Produsen Kopi Terbesar ke-4 Dunia, Pemerintah Janji Sejahterakan Petani

Achmad Fauzi Suara.Com
Kamis, 26 Juni 2025 | 08:28 WIB
Jadi Produsen Kopi Terbesar ke-4 Dunia, Pemerintah Janji Sejahterakan Petani
Neraca perdagangan luar negeri Lampung mengalami surplus sebanyak 234,31 juta dolar AS di Februari 2025. Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Lampung. [ANTARA]

Suara.com - Pemerintah menegaskan komitmennya untuk menjadikan sektor kopi sebagai pilar utama pembangunan ekonomi kerakyatan dengan menjamin kesejahteraan petani. Hal ini diutarakan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, dalam kunjungan kerjanya ke kawasan Perkebunan Kopi Ijen Kalisat, Bondowoso, Jawa Timur, pada Selasa lalua.

Wapres Gibran menyebut, Indonesia kekinian telah menjadi produsen kopi terbesar keempat di dunia. Oleh karena itu, pemerintah menaruh perhatian besar terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kopi nasional agar mampu bersaing di pasar internasional.

"Indonesia menjadi penghasil kopi terbesar di dunia ke-4 (empat) termasuk di Jatim ini. Luar biasa sekali, jadi kualitas kopi harus terjaga dan kuantitas yang tercukupi, kita harus mengikuti standar internasional untuk mem‘branding’ kopi dan membawa nama baik Indonesia. Pemerintah ingin memastikan bahwa petani rakyat menjadi bagian dari rantai nilai yang adil dan menguntungkan. Ini bagian dari tujuan besar pemerintahan untuk membangun dari desa, dari sektor riil," ujar Gibran seperti dikutip, Kamis (26/6/2025).

Kunjungan ini juga menandai keterlibatan aktif Project Management Office (PMO) Kopi dan Kakao Nusantara, sebuah inisiatif strategis dari Kementerian BUMN, dalam meningkatkan produktivitas sekaligus kesejahteraan petani.

Ilustrasi. UMKM seringkali menjadi tulang punggung yang tak terlihat, namun memiliki potensi luar biasa untuk mendongkrak ekonomi daerah dan menciptakan lapangan kerja.
Ilustrasi. UMKM seringkali menjadi tulang punggung yang tak terlihat, namun memiliki potensi luar biasa untuk mendongkrak ekonomi daerah dan menciptakan lapangan kerja.

PMO ini menjadi platform sinergi lintas sektor yang menghadirkan dukungan langsung dari para ahli kepada petani di berbagai wilayah, tidak hanya dalam kawasan Perhutani, tetapi juga di area BUMN lainnya.

Plt Direktur Utama Perhutani, Natalas Anis Harjanto, menekankan pentingnya kolaborasi antara institusi BUMN dan masyarakat desa hutan.

"Kami berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga mutu kopi unggulan di kawasan hutan Perhutani," ujarnya.

Perhutani sendiri saat ini mengelola sekitar 43 ribu hektare lahan budidaya kopi yang tersebar di kawasan hutan. Model pengelolaan dilakukan secara sosial melalui sistem agroforestry, melibatkan masyarakat desa hutan sebagai mitra utama.

Wapres Gibran juga menghadiri kegiatan Panen Raya Kopi yang dihadiri oleh Wamen BUMN Aminuddin Ma’ruf, Plt Dirjen Perkebunan Heru Tri Widarto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Dirut PTPN Holding Denaldy Mulino Mauna, serta para petani kopi Ijen. Dalam kegiatan tersebut, Wapres terlibat langsung dalam proses panen dan sortasi biji kopi, berdialog dengan para petani untuk menyerap aspirasi mereka, serta menyerahkan bantuan sosial berupa sembako dan ternak kambing.

Baca Juga: Untuk Tingkatkan Produksi Pangan Nasional, Kementan Imbau Petani Optimalkan Penggunaan Pupuk Subsidi

Acara panen raya ini menjadi momentum penting untuk mendorong semangat petani dalam meningkatkan produktivitas, memperbaiki harga jual, serta memperluas akses pasar, terutama pasar ekspor. Dengan tren global yang menunjukkan meningkatnya konsumsi kopi sebagai bagian dari gaya hidup, pemerintah melihat peluang besar untuk mendorong kopi Indonesia naik kelas.

Data menunjukkan bahwa sekitar 92 persen produksi kopi Indonesia berasal dari petani rakyat. Fakta ini menjadi dasar pentingnya sinergi lintas pihak agar keberhasilan sebagai produsen kopi terbesar keempat dunia dapat berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan petani.

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian, total produksi kopi Indonesia pada tahun 2023 mencapai sekitar 794 ribu ton, menjadikannya produsen kopi terbesar ke-4 di dunia, setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia.

Dari total produksi tersebut, sekitar 73 persen merupakan kopi robusta atau setara 579 ribu ton, sementara sisanya adalah kopi arabika sebanyak 215 ribu ton. Kopi Indonesia tidak hanya dikonsumsi di dalam negeri, tetapi juga menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan, dengan permintaan yang terus meningkat di pasar internasional.

Produksi kopi Indonesia ditopang oleh lebih dari 1,8 juta petani kopi, dengan luas areal tanam yang mencapai 1,24 juta hektare. Menariknya, sekitar 92 persen dari total produksi kopi nasional berasal dari perkebunan rakyat, yang tersebar di berbagai daerah sentra kopi seperti Sumatera Selatan, Lampung, Aceh, Sumatera Utara, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, hingga Bali dan Nusa Tenggara Timur.

Sejumlah wilayah yang dikenal sebagai penghasil kopi berkualitas tinggi antara lain Gayo (Aceh), Mandailing (Sumatera Utara), Toraja (Sulawesi Selatan), serta Ijen dan Bondowoso (Jawa Timur). Di daerah-daerah ini, kopi tidak hanya menjadi komoditas ekspor, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas budaya dan sumber penghidupan masyarakat setempat.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI