ASCOPE 50 Tahun: Energi, Kolaborasi, dan Masa Depan ASEAN

Selasa, 02 September 2025 | 18:26 WIB
ASCOPE 50 Tahun: Energi, Kolaborasi, dan Masa Depan ASEAN
Ilustrasi offshore drilling. (Dok: Pertamina)

Suara.com - Tahun 2025 menandai Golden Jubilee ASEAN Council on Petroleum (ASCOPE), forum kerja sama sektor energi regional yang beranggotakan 10 perusahaan migas nasional dan otoritas energi negara ASEAN. Sejak didirikan pada 1975, dengan Pertamina sebagai salah satu pendirinya, ASCOPE telah menjadi wadah penting bagi kolaborasi energi lintas negara ASEAN, mulai dari mengelola potensi migas, membangun infrastruktur strategis, hingga memperkuat ketahanan energi kawasan.

Kini, setengah abad perjalanan ASCOPE menjadi momentum refleksi. Di satu sisi, peran klasik organisasi ini sebagai penghubung antarnegara melalui proyek migas tetap relevan, seiring kebutuhan pasokan energi yang terus meningkat guna menopang pertumbuhan ekonomi ASEAN. Namun di sisi lain, perubahan peta energi global, tantangan geopolitik, dan tuntutan transisi menuju energi bersih menuntut ASCOPE beradaptasi dan memperkuat eksistensinya untuk memimpin arah baru energi ASEAN.

Secretary In Charge ASCOPE, Henricus Herwin menyampaikan, ASCOPE yang terbentuk sejak 1975 telah berperan dalam membangun hubungan antaranegara dalam memenuhi kebutuhan pasokan energi melalui proyek migas. Namun demikian, anggota ASCOPE perlu beradaptasi dan memperkuat eksistensinya untuk memimpin arah baru energi ASEAN, sejalan dengan perubahan peta energi global, tantangan geopolitik, dan tuntutan transisi menuju energi bersih.

“Setengah abad perjalanan ASCOPE merupakan cermin perjalanan energi ASEAN, dari era eksplorasi minyak lepas pantai, pembangunan pipa gas lintas negara, hingga memasuki babak transisi energi,” imbuh Henricus, yang saat ini merupakan SVP Strategy & Investment PT Pertamina (Persero).

Tonggak Sejarah Migas ASEAN

ASCOPE lahir di era 1970-an, ketika negara-negara ASEAN tengah gencar mengeksplorasi sumber daya minyak dan gas untuk mendukung pembangunan ekonomi. Saat itu, kebutuhan akan forum kerja sama lintas negara sangat dirasakan, terutama karena infrastruktur energi regional masih terfragmentasi. Dari sinilah lahir ASCOPE dengan mandat utama membangun jejaring kolaborasi energi ASEAN.

Salah satu warisan terpenting ASCOPE adalah Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP), proyek yang digawangi oleh Gas Advocacy Task Force. Hingga kini, lebih dari 3.600 kilometer jaringan pipa gas telah terhubung lintas negara, menghubungkan Thailand, Malaysia, Singapura, hingga Indonesia. Infrastruktur ini bukan hanya simbol kerja sama, tetapi juga menjadi instrumen strategis untuk memastikan ketersediaan energi kawasan.

Seiring berkembangnya LNG sebagai virtual pipeline, ASCOPE turut mendorong pembangunan fasilitas regasifikasi dengan kapasitas lebih dari 58 juta ton per tahun (Mtpa) yang memperluas mobilitas gas lintas negara. Infrastruktur ini memberikan fleksibilitas bagi negara anggota untuk memindahkan energi dari pusat produksi ke pusat konsumsi, bahkan melampaui keterbatasan jaringan pipa fisik.

Selain itu, ASCOPE menginisiasi ASEAN Petroleum Security Agreement (APSA), perjanjian solidaritas energi untuk menghadapi potensi krisis pasokan. Meskipun implementasinya masih terbatas, APSA menegaskan pentingnya perspektif keamanan energi kolektif di ASEAN.

Baca Juga: Pertamina Bawa Budaya Tari Topeng Indramayu, Viral di Osaka Expo 2025

Tak kalah penting, Exploration and Production Task Force (EPTF) meluncurkan ASCOPE Decommissioning Guideline yang menstandarisasi proses penonaktifan fasilititas migas (facility decommissioning) secara aman dan andal.
ASCOPE juga memfasilitasi pertukaran pengalaman antar-BUMN energi, mulai dari eksplorasi migas lepas pantai, teknologi LNG dan regasifikasi, hingga advokasi gas. Dalam banyak kesempatan, peran diplomasi energi ASCOPE membantu tercapainya berbagai kesepakatan komersial antaranggota.

Tantangan Baru: Transisi Energi

Lanskap energi ASEAN kini berubah drastis. ASEAN Energy Outlook 2024 memproyeksikan konsumsi energi kawasan akan melonjak dua kali lipat pada 2050, seiring pertumbuhan populasi yang mencapai 680 juta jiwa didorong pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Dalam konteks ini, gas bumi akan memegang peran vital sebagai energi transisi. Namun dalam jangka panjang, negara-negara ASEAN sudah berkomitmen mencapai net zero emissions pada paruh kedua abad ini. Artinya, ASCOPE tidak lagi bisa berfokus semata-mata pada migas, tetapi juga harus menjadi katalis dalam pengembangan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), pengurangan emisi metana, hingga integrasi energi terbarukan serta pemanfaatan infrastruktur gas untuk transportasi hidrogen.

Langkah Nyata telah Dilakukan

Policy, Research and Capability Building Task Force menginisiasi penyusunan template perjanjian lintas negara untuk CCUS. Pada 2023, ASCOPE membentuk Clean Energy Task Force untuk mengeksplorasi peluang teknologi rendah karbon, memperluas diskusi mekanisme perdagangan karbon, insentif investasi energi hijau, serta strategi penggunaan jaringan pipa gas untuk transportasi hidrogen di masa depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?