- Pasar global menguat setelah The Fed memangkas suku bunga acuan (FFR) sebesar 25 bps menjadi 4,00%–4,25%, mengisyaratkan dua pemotongan lagi di 2025.
- Di Indonesia, BI ikut memotong 7DRR menjadi 4,75%. Meskipun IHSG naik 3%, investor asing mencatat outflow besar-besaran (terutama di obligasi US$2,5 Miliar), mendorong kepemilikan asing pada obligasi negara ke level terendah sejak 2008.
Suara.com - Pasar keuangan global menutup bulan dengan catatan positif setelah Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) melakukan pemotongan suku bunga pertamanya dalam siklus kebijakan moneter saat ini.
Keputusan ini, ditambah kebijakan domestik yang longgar, memberikan dorongan berbeda pada pasar global dan Indonesia.
The Fed Pangkas Suku Bunga, Isyaratkan Pelonggaran Bertahap
The Fed memangkas suku bunga Federal Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps), menurunkannya ke kisaran 4,00%–4,25%.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa kebijakan moneter tidak berada di jalur yang ditetapkan sebelumnya, tetapi proyeksi ekonomi terbaru (Summary of Economic Projections/SEP) mengisyaratkan jalur pelonggaran bertahap.
SEP merevisi turun median FFR 2025 menjadi 3,50%–3,75%, yang berarti The Fed diperkirakan akan memotong suku bunga dua kali lagi pada tahun ini dan melanjutkan pelonggaran hingga 2027–2028.
Data ketenagakerjaan dan manufaktur yang lebih lunak pada awal bulan memperkuat ekspektasi pelonggaran ini, meskipun kekhawatiran fiskal dan geopolitik menjelang akhir bulan sedikit meredam selera risiko.
Respons pasar global terhadap langkah The Fed:
- Ekuitas (Saham): Pasar utama negara maju (DM) menguat, dipimpin oleh S&P 500, Jepang, dan Kanada. Sementara itu, pasar negara berkembang (EM) bergerak terpolarisasi; Korea dan Hong Kong unggul, namun ASEAN tertinggal.
- Obligasi & Dolar: Yield obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun (UST 10Y) turun 8 bps ke 4,15%, dan Indeks Dolar AS (DXY) berakhir relatif datar.
Sejalan dengan tren global, Bank Indonesia (BI) juga melakukan pelonggaran kebijakan. BI memotong 7 Day Reverse Repo Rate (7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75% dan Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 3,75%. BI juga melonggarkan likuiditas dengan mengurangi penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SRBI).
Baca Juga: Bank Indonesia Bakal Evaluasi Skema Bagi Beban dengan Pemerintah, Buat Biayai Program Prabowo
Di sisi fiskal, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyuntikkan dana sebesar Rp200 triliun ke bank-bank negara.
Selain itu, Kemenkeu dan BI meluncurkan kerangka kerja burden-sharing yang direvisi. Langkah signifikan lainnya adalah peluncuran Patriot Bonds oleh Danantara, yang berhasil kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga mencapai Rp50 triliun.
Meskipun sentimen kebijakan domestik positif, pasar modal Indonesia menghadapi tekanan serius dari investor asing:
IHSG berhasil naik 3% secara bulanan (month-on-month), namun saham-saham berkapitalisasi besar (large caps) tertinggal.
Total outflow asing mencapai US$602 juta di pasar saham dan US$2,5 miliar di pasar obligasi.
Outflow ini mendorong tingkat kepemilikan asing di pasar saham ke level terendah sejak 2011 dan di Obligasi Pemerintah Indonesia (GOI) ke level terendah sejak 2008.