- Bahlil Lahadalia menegaskan tidak akan mundur dari kebijakan hilirisasi karena dianggap penting bagi kedaulatan ekonomi Indonesia.
- Program hilirisasi terbukti meningkatkan nilai tambah dan produksi emas nasional melalui perusahaan seperti Freeport dan Amman Mineral.
- Meski mendapat penolakan dari sejumlah pihak, Bahlil menilai hilirisasi harus diteruskan untuk membuka lapangan kerja dan menghentikan pola ekspor mentah seperti era VOC
Suara.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut, banyak pihak yang terganggu dengan program hilirisasi sektor pertambangan.
Dia pun menegaskan tidak akan pernah mundur dari kebijakan itu.
Sejauh ini, menurut Bahlil, program hilirisasi minerba telah berdampak positif terhadap perekonomian.
Dia mencontohkan PT Freeport Indonesia yang mampu memproduksi emas sebanyak 50-60 ton per tahun dari 3 juta konsentrat.
Sementara dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), mampu menghasilkan 18-20 ton emas dari 900 ribu sampai 1 juta konsentrat.
"Dulunya ini enggak ada, inilah kekayaan kita yang harus kita kelola secara baik," kata Bahlil.
Kini pemerintah sedang mendorong hilirisasi bauksit.
![Kompleks Smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur. [Foto dok. PT Freeport Indonesia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/09/23/63306-smelter-freeport-di-gresik.jpg)
Ke depan mineral tersebut tidak akan diekspor dalam bentuk barang mentah, melain diolah terlebih dahulu sehingga memberi nilai tambah.
Namun, Bahlil menyebut sejumlah program hilirisasi diyakininya mendapat pertentangan dari sejumlah pihak.
Baca Juga: Nasib Kelangkaan Stok BBM SPBU Swasta Ditentukan Jumat Ini
Padahal kebijakan itu menurutnya salah satu kunci menciptakan lapangan pekerjaan.
"Dan percayalah Bapak-Ibu semua, ketika Indonesia mulai menuju kepada jalur yang sudah direncanakan dengan baik, pasti ada yang tidak nyaman. Baik dari kelompok luar, maupun mungkin ada kelompok dari dalam," ujar Bahlil.
Meski demikian, Bahlil menegaskannya dirinya tidak akan mundur, sebab kebijakan itu menyangkut kedaulatan bangsa.
Bahlil pun bercerita, sejak program hilirisasi diberlakukan, terdapat sejumlah pihak yang datang kepadanya, meminta agar kebijakan itu dibatalkan.
"Banyak yang datang lobby ke saya, agar membuka ekspor barang mentah. Saya katakan kalau begini terus, apa bedanya kita pada zaman VOC dengan sekarang," tegasnya.
Menurutnya, dengan membuka kembali keran ekspor barang mentah mineral, sama dengan sistem perdagangan yang pernah diberlakukan VOC di Indonesia sebelum kemerdekaan.