-
Pemerintah mendorong Freeport dan Amman menjalin kerja sama B2B agar pengolahan konsentrat tembaga Amman bisa dilakukan di smelter Freeport.
-
Smelter Amman tidak beroperasi karena kondisi kahar, sehingga Amman mendapat relaksasi ekspor terbatas.
-
Pemerintah hanya berperan sebagai regulator, sementara keputusan kerja sama sepenuhnya di tangan kedua perusahaan
Suara.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mendorong PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk, menjalin kerja sama business-to-business atau B2B, dalam pengelolaan ore konsentrat menjadi katoda tembaga.
Hal itu menyusul smelter milik Amman yang tidak dapat beroperasi karena kondisi kahar.
Dengan kerja sama itu, Amman bisa memanfaatkan smelter milik PTFI. Selain itu, Amman juga tidak harus mengekspor konsentrat tembaga.
Bahlill pun mengaku sudah membicarakan hal tersebut dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wena.
"Saya kemarin minta Bapak Tony. Pak Tony kemarin kan berbicara sama saya, Saya minta untuk Amman dan Freeport melakukan komunikasi B2B. Agar material mereka bisa dibeli oleh Freeport untuk diolah di smelter Freeport dengan harga keekonomian," kata Bahlil kepada wartawan di Kementerian ESDM, Jakarta pada Jumat (14/11/2025).
Bahlil menyebut sebagai pemerintah, pihaknya hanya bisa mendorong kedua perusahaan itu untuk menjalin kerja sama B2B.
"Pemerintah itu hanya regulator, urusan B2B-nya jangan (ikut campur)," katanya.
Sebagaimana diketahui, Amman mendapatkan mendapatkan relaksasi ekspor terbatas konsentrat tembaga dari Kementerian ESDM.
Relaksasi ekspor itu berlaku selama enam bulan dengan kuota 480.000 metrik ton kering (dmt).
Baca Juga: Demi Tingkatkan Harga, ESDM Buka Peluang Turunkan Produksi Batubara pada 2026
Amman menjadi salah satu perusahaan tambang yang mendapatkan pengecualian, di tengah kebijakan pembatasan ekspor konsentrat mineral yang ditetapkan pemerintah sejak awal tahun 2025.
Relaksasi diberikan karena kondisi kahar yang terjadi di smelter milik Amman.