- Rupiah dibuka melemah ke Rp16.748 per dolar AS, turun 0,25%.
- Mayoritas mata uang Asia ikut tertekan, termasuk Ringgit, Peso, Won, dan Yuan.
- Hanya Dolar Hongkong yang justru menguat tipis 0,08%.
Suara.com - Nilai tukar Rupiah dibuka merosot pada hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah di pasar Kamis (20/11/2025) dibuka di level Rp 16.748 per Dolar Amerika Serikat (AS).
Alhasil, Rupiah merosot 0,25 persen dibanding penutupan pada Kamis yang berada di level Rp 16.708 per Dolar AS.
Hal ini juga diikuti Blbeberapa mata uang Asia lainnya yang bergerak fluktuatif.
Salah satunya, Ringgit Malaysia juga melemah 0,17 persen. Kemudian ada Peso Filipina yang merosot 0,28 persen .
Disusul, Won Korea Selatan dan Dolar Singapura mengalami pelemahan 0,04 persen.
Diikuti, Yuan China tergelincir 0,04 persen dan Baht Thailand melemah tipis 0,08 persen di pagi ini.
![Ilustrasi Yuan [Unsplash/Timon]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/10/25/54162-ilustrasi-yuan.jpg)
Sedangkan, Dolar Hongkong yang hanya mengalami penguatan mencapai 0,08 persen.
Dalam hal ini, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan Rupiah ini disebabkan oleh dua faktor, yakni dari global maupun domestik.
Salah satunya, dari global dipengaruhi para pejabat Federal Reserve baru-baru inimengisyaratkan kehati-hatian terhadap penurunan sukubunga lebih lanjut.
Baca Juga: Rupiah Ngacir di Penutupan Sore ke Level Rp 16.708, Imbas BI Rate Ditahan
Inflasi tetap tinggi, dan pertumbuhan ekonomi tetap tangguh.
Sehingga, pasar hanya memperkirakan peluang moderat untuk penurunan sukubunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember.
Sedangkan dalam negeri dipengaruhi oleh Bank Indonesia yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate pada 4,75 persen.
Selain itu, BI juga menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,50 persen.
Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 yang tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5±1 persen sebagai upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta sinergi untuk turut memperkuat pertumbuhan ekonomi.
"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati efektivitas transmisi kebijakan moneter longgar yang telah ditempuh, prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi, serta stabilitas nilai tukar Rupiah dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-Rate," bebernya.