Suara.com - Crocodile Tears (2024) melakukan pemutaran spesial di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024 pada Kamis (5/12/2024) di Empire XXI, Yogyakarta.
Pemutaran film debut panjang pertama karya sutradara Tumpal Tampubolon spesial karena ini merupakan yang pertama di Indonesia. Sebelumnya Crocodile Tears lebih dulu berkelana di festival internasional seperti Toronto International Film Festival hingga Busan International Film Festival.
Crocodile Tears mengisahkan Johan (Yusuf Mahardika) dan ibunya, Mama (Marissa Anita), yang tinggal di Taman Buaya. Mama sangat protektif terhadap Johan dan melarangnya berhubungan dengan manusia di luar Taman Buaya.
Mama menganggap seekor buaya putih di Taman Buaya sebagai suaminya dan papa Johan.
Keseimbangan kehidupan Mama dan Johan yang tenang tiba-tiba terganggu ketika ada sosok Arumi (Zulfa Maharani) cewek yang baru pindah di daerah tersebut.
Johan jatuh cinta dengan Arumi yang bekerja sebagai di bar karaoke. Kehadiran 'sosok luar' itu membuat Mama begitu protektif kepada anak laki-lakinya.
Puncaknya, Arumi hamil dan mendatangi Taman Buaya meminta pertanggungjawaban Johan yang dengan tangan terbuka menerimanya.
Akan tetapi, Mama menganggap Arumi sebagai 'ancaman' bagi anak laki-lakinya. Dengan segala cara, ia ingin menyingkirkan cewek yang tiba-tiba memengaruhi keseimbangan hidupnya dengan Johan.
Johan pun bak terperangkap dalam dua pilihan, antara keinginan untuk membebaskan diri dengan hidup bersama Arumi, atau loyalitas terhadap Mama.
Baca Juga: Pendidikan Bernadya yang Borong 3 Piala di AMI Awards 2024, Pernah Ambil Jurusan Film
Buaya Sebagai Metafora
![Crocodile Tears. [Instagram/talamedia_co]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/12/06/86457-crocodile-tears.jpg)
Tumpal Tampubolon sebagai sutradara Crocodile Tears mengungkapkan inspirasi pembuatannya berawal ketika dirinya menonton soal dokumenter buaya.
"Untuk inspirasinya karena suatu hari saya nonton dokumenter soal buaya terus ada bagian ibu buaya mindahin anaknya karena mau dicaplok predator lain. Caranya dimasukin ke rahangnya, waktu itu saya nonton serem kok, tapi juga lembut," ucap Tumpal dalam screening spesial film tersebut.
"Ya ambiguitas itu kaya campuran rasa teror tapi juga lembut, itu buat saya 'oh mungkin cinta itu kaya gitu ya'. Terus cinta ibu ke anaknya mungkin juga kaya itu. Nah, itu yang menjadi inspirasi saya pakai metafor buaya," sambungnya.
Yang menarik adalah pemilihan judul di film ini. Crocodile Tears yang berarti air mata buaya ini banyak merujuk perumpaan sebagai tangisan palsu.
Faktanya adalah buaya memang menangis ketika menyantap mangsanya karena di sisi lain, buaya juga menggigit anaknya untuk melindungi anak.