Rieka Roslan: Penyanyi Jangan Egois, Pencipta Lagu Juga Ditunggu Tagihan Bulanan

Minggu, 20 April 2025 | 13:42 WIB
Rieka Roslan: Penyanyi Jangan Egois, Pencipta Lagu Juga Ditunggu Tagihan Bulanan
Rieka Roslan di forum diskusi bersama Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) dan perangkat penyelenggara konser di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (28/2/2025). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kisruh hak performing rights pencipta lagu yang digaungkan Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) mulai disorot publik setelah Ari Bias memenangkan gugatan terhadap Agnez Mo.

Meski memantik pro kontra, Rieka Roslan sebagai salah satu anggota AKSI tetap bersyukur karena kasus Ari Bias membuka mata publik soal nestapa para pencipta lagu di balik karya populernya.

"Selama ini, orang buta soal royalti. Dengan kejadian ini, semua orang jadi tahu ada royalti yang harus diurusin, ada kontrak yang harus diurusin, ada izin yang harus diurusin," ujar Rieka Roslan di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (18/4/2025).

Rieka Roslan pun mengalami sendiri, bagaimana ide kreatif dari puluhan lagu hitsnya cuma dihargai Rp19 juta per tahun.

Kalau Rieka Roslan tidak mendapat penghasilan tambahan dari profesinya sebagai penyanyi, tidak terbayang oleh eks personel The Groove bagaimana dia harus memenuhi kebutuhan bulanan.

Profil Rieka Roslan (Instagram/@rieka.roslan)
Profil Rieka Roslan (Instagram/@rieka.roslan)

"Kan bayaran dan tagihan nggak bisa nunggu," keluh Rieka Roslan.

Belajar dari cerita beberapa pencipta lagu yang tergabung dalam AKSI, Rieka Roslan menilai semestinya mereka yang menentang penerapan direct license mulai mengedepankan empati.

Sama dengan penyanyi-penyanyi yang tergabung dalam kelompok lain seperti Vibrasi Suara Indonesia (VISI), Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI) hingga Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI), para anggota AKSI juga dituntut tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

"Jadi kalau AKSI dibilang, kenapa sih kok buru-buru amat, ada apa? Nggak ada apa-apa sih, cuma tagihan listrik gue, bayar sekolah anak sama rumah sakit sama asuransi segala macam. Itu kan tiap bulan," tutur Rieka Roslan.

Baca Juga: Cara Ahmad Dhani Undang Ariel NOAH Cs Untuk Debat Terbuka Perkara Hak Cipta Dapat Balasan Menohok

"Maaf juga, kalau ada orang yang ngomong ada apa sih kok AKSI kayak dikejar-kejar. Tentu dikejar tagihan bulanan," lanjut perempuan berdarah Sunda itu.

Sudah semestinya juga kalau mereka yang tidak mendapatkan hak penuh setelah bekerja melayangkan protes guna menyuarakan keadilan.

"Andai kalian bekerja, tapi bayarannya tidak sesuai dan harus nunggu, apakah tidak akan protes? Buruh aja protes. Kami juga buruh loh. Buruh musik, sama," tutur Rieka Roslan.

Besar harapan Rieka Roslan untuk industri musik Indonesia punya sistem pembayaran hak ke pencipta lagu yang terstruktur rapi, seperti di luar negeri.

"Di luar negeri, ada satu lagu namanya Feeling. Itu cuma satu lagu, tapi bisa hidup. Royaltinya terus mengalir ke keturunannya. Nah, kami juga maunya seperti itu dong," harap Rieka Roslan.

Tidak ada yang dirugikan dari sistem direct license untuk pencipta lagu. Bahkan, hal itu diyakini Rieka Roslan bakal berdampak positif ke industri musik Indonesia yang sarat talenta muda berbakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI