Studi: Hubungan Erat dengan Keluarga Bisa Cegah Depresi Pada Remaja

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 08 Oktober 2019 | 14:27 WIB
Studi: Hubungan Erat dengan Keluarga Bisa Cegah Depresi Pada Remaja
Hubungan dengan keluarga bisa cegah depresi pada remaja? (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Studi: Hubungan Erat dengan Keluarga Bisa Cegah Depresi Pada Remaja

Peran keluarga dalam pencegahan depresi sangat penting. Bahkan, kedekatan yang erat pada keluarga bisa mengurangi risiko depresi pada remaja.

Dilansir Reuters Health, Selasa (8/10/2019), remaja dengan hubungan keluarga yang positif lebih kecil untuk mengalami depresi selama masa remaja atau awal masa dewasa. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi baru dari Amerika Serikat.

Para ilmuwan meneliti 18.185 sukarelawan mulai dari usia 15 tahun, dan berlanjut hingga usia 32 dan 43 tahun. Dalam serangkaian survei yang dilakukan, para peneliti bertanya kepada mereka tentang dinamika keluarga dan gejala depresi yang dirasakan.

Remaja dengan kondisi keluarga yang lebih baik dan jarang mengalami konflik dengan orangtua, memiliki risiko gejala depresi yang lebih rendah. Hal ini berbanding terbalik dengan remaja yang hubungannya dengan keluarga tidak baik.

"Hubungan erat antara keluarga dan rendahnya intensitas konflik pada masa remaja tidak hanya melindungi remaja dari depresi selama masa remaja yang sensitif dan rentan, tetapi juga menjaga kesehatan mental hingga masa dewasa dan paruh baya,” kata salah satu penulis studi, Ping Chen dari University of North Carolina, Amerika Serikat.

Uniknya, manfaat kedekatan keluarga saat remaja bagi kesehatan mental memiliki dampak berbeda pada lelaki dan perempuan. Peneliti menyebut dampak pada perempuan terasa kuat hingga dewasa muda hingga usia 20-an.

"Sementara itu konflik orang tua-anak yang rendah bermanfaat untuk lelaki lebih lama di masa dewasa mudanya, dibandingkan dengan perempuan," tulis Chen lagi.

Untuk menilai dinamika keluarga, para peneliti bertanya kepada remaja seberapa sering mereka merasa anggota keluarga mereka memahami mereka, seberapa sering mereka bersenang-senang dengan keluarga, dan seberapa sering keluarga mereka memperhatikan mereka.

Baca Juga: Ayah Juga Bisa Depresi Setelah Istri Melahirkan, Kenali Tanda-tandanya!

Ilustrasi keluarga bahagia. (Shutterstock)
Ilustrasi keluarga bahagia. (Shutterstock)

Para peneliti juga bertanya tentang konflik orang tua-anak dan seberapa sering remaja berargumentasi dengan orang tua tentang perilaku mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI