"Tingkat stres naik hingga berkali-kali lipat selama pandemi, karena orang kehilangan pekerjaan, mengalami masalah ekonomi, ataupun kematian anggota keluarga," tutur Khetarpal.
"Karena itu kasus rambut rontok karena pandemi ini tidak akan mudah untuk dihilangkan," terangnya lagi.
Rambut rontok tidak hanya terjadi pada pasien dan mantan pasien. Dr Emma Guttman-Yassky dari Icahn School of Medicine, Mount Sinai, mengatakan ia banyak menangani kasus rambut rontok pada tenaga kesehatan.
Stres juga menjadi penyebab, terlebih tenaga kesehatan bekerja selama berjam-jam tanpa pernah bertemu dengan keluarga.
"Tidak semuanya merawat pasien Covid-19 tapi situasi ini tetap saja membuat stres," tuturnya.