Mirisnya angka itu memperlihatkan bagaimana perokok dari keluarga miskin lebih banyak dibanding perokok pada keluarga kaya, yaitu perokok penduduk miskin 27,3 persen dan 19,5 persen dari penduduk kaya.
Jika selama ini dalih rokok sumber devisa Indonesia, tapi dr. Cut mencatat pendapatan yang didapat negara dibanding rokok tidak sebanding dengan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan negara, untuk mengobati rakyatnya yang sakit karena rokok, yakni 3 hingga 4 kali lipat dari pendapatan negara.
"Ini data JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) 2019, ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh rokok berhubungan dengan jantung, stroke, dan lain sebagainya. Membuat JKN semakin terbebani penyakit tidak menular. Rokok mengancam secara universal, di mana dana yang cukup besar tersedot," terang dia.