Perokok Anak Terus Bertambah, Bonus Demografi Justru Bisa Jadi Bumerang

Senin, 28 September 2020 | 19:02 WIB
Perokok Anak Terus Bertambah, Bonus Demografi Justru Bisa Jadi Bumerang
Dampak merokok pada keluarga. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Bahkan, Cut mengatakan data anak yang stunting, 5,5 persennya disebabkan oleh orangtua yang perokok.

"Anak yang stunting 5,5 persennya disebabkan dari orangtua perokok, hal ini berdasarkan kajian dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI)," ujar dr. Cut Putri dalam webinar 'Faktor Pengurangan Risiko Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL) untuk Penerapan di Indonesia', Senin (28/9/2020).

Stunting adalah kondisi anak gagal tumbuh baik secara fisik maupun perkembangan otak akibat kekeurangan gizi dalam waktu yang lama.

Lebih lanjut dr. Cut Putri juga mengungkap data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mendapati jika konsumsi keluarga miskin pembelanjaan terbesar kedua setelah beras adalah rokok.

"Jadi artinya orang Indonesia itu lauk pauknya adalah rokok," ungkapnya.

Mirisnya angka itu memperlihatkan bagaimana perokok dari keluarga miskin lebih banyak dibanding perokok pada keluarga kaya, yaitu perokok penduduk miskin 27,3 persen dan 19,5 persen dari penduduk kaya.

Jika selama ini dalih rokok sumber devisa Indonesia, tapi dr. Cut mencatat pendapatan yang didapat negara dibanding rokok tidak sebanding dengan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan negara, untuk mengobati rakyatnya yang sakit karena rokok, yakni 3 hingga 4 kali lipat dari pendapatan negara.

"Ini data JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) 2019, ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh rokok berhubungan dengan jantung, stroke, dan lain sebagainya. Membuat JKN semakin terbebani penyakit tidak menular. Rokok mengancam secara universal, di mana dana yang cukup besar tersedot," terang dia.

Baca Juga: Serikat Pekerja Minta Pemerintah Beri Keadilan ke Industri Hasil Tembakau

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI