“Ini baru pulang dari rumah sakit. Badannya lemas dan berat badannya terus menurun. Pas dokter tanya anak saya minum susunya apa, saya jawab dikasih kental manis. Habis itu saya langsung dimarahi,” ujar Vina.
Tak berbeda jauh dengan Vina, Syifa (32 tahun) pun anaknya memiliki kondisi yang serupa. Anaknya yang berusia 1 tahun 7 bulan saat ini sulit berjalan. Di awal wawancara, Syifa tidak mengakui anaknya diberi kental manis. Namun dalam perbincangan lebih lanjut, Syifa mengakui anaknya sehari-hari mengkonsumsi kental manis. “Kan di iklan-iklan katanya susu,” jelas Syifa.
Kasi Kesra Kelurahan Kedaung Kali Angke, Zakir menyatakan keprihatinannya dengan kasus-kasus gizi buruk yang dialami banyak balita di daerahnya.
"Di awal saya ditugaskan di sini, sekitar 2 tahun lalu, itu banyak saya lihat balita-balita yang kurang gizi yang orang tuanya sendiri nggak paham. Karena selama ini mereka melihat anaknya makan, tapi begitu ditanya makannya apa ternyata jajanan-jajanan yang nggak bergizi sama sekali, ya itu tadi, kita ngasuh anak mengikuti bagaimana orang tua dulu mengasuh kita, termasuk pemberian kental manis, dulu iklannya susu, sekarang sudah tidak ada iklannya tapi masih diberikan untuk anak, ” jelas Zakir.
Karena itu, guna mengatasi permasalahan gizi buruk dan stunting, ia bersama jajarannya melakukan berbagai upaya agar masyarakat lebih sadar bahaya gizi buruk. “Yang paling efektif adalah kita optimalkan posyandu. Agar masyarakatnya pintar kader Posyandunya juga harus pintar, jadi kita fokus dulu ke pembenahan Posyandu dan pembekalan kader,” jelas Zakir.