Stroke Melesat di Usia Muda, PERDOSNI Dorong 3O1D untuk Lindungi Kesehatan Otak

Dinda Rachmawati Suara.Com
Selasa, 26 Agustus 2025 | 13:03 WIB
Stroke Melesat di Usia Muda, PERDOSNI Dorong 3O1D untuk Lindungi Kesehatan Otak
Ilustrasi otak (freepik.com/atlascompany)

Suara.com - Kesehatan otak sering kali kurang mendapat perhatian, padahal perannya sangat vital bagi kualitas hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia, penyakit degeneratif otak seperti stroke, demensia, Parkinson, dan epilepsi diprediksi akan mengalami lonjakan. 

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI), Dr. dr. Dodik Tugasworo P, Sp.S(K), dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PERDOSNI 2025 di Bandung, Jawa Barat baru-baru ini.

“Karena orang Indonesia usianya makin lama makin meningkat, penyakit degeneratif akan booming,” ujar dr. Dodik.

Apalagi, masih banyak kesalahpahaman di masyarakat mengenai penyakit otak, terutama stroke. Dr. Dodik menyoroti beredarnya mitos yang justru berbahaya.

“Banyak mitos yang beredar kalau stroke, jari pasien dicocok-cocok pakai jarum bisa sembuh. Atau kalau stroke pasien dibentak-bentak akan bangun sendiri. Nah, mitos semacam ini harus kita kikis,” tegasnya.

Menurutnya, tindakan yang tepat adalah segera membawa pasien ke rumah sakit agar mendapat penanganan medis secepatnya.

Tips Jaga Kesehatan Otak: Formula 3O1D

Dr. Dodik menyarankan pola hidup sehat dengan formula 3O1D sebagai langkah pencegahan stroke dan gangguan otak lainnya:

  • Olah raga: Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari untuk menjaga kebugaran tubuh.
  • Olah seni: Menyanyi, merawat tanaman, memelihara burung, atau menekuni hobi yang membuat hati senang.
  • Olah sabar: Kendalikan emosi, jangan mudah stres, dan hindari terburu-buru.
  • Diet sehat: Kurangi konsumsi makanan berlemak dan berminyak.

“Dengan menerapkan pola hidup ini, mudah-mudahan kita terhindar dari stroke,” ungkap dr. Dodik.

Baca Juga: Jarang Disadari Tapi Vital, Peran Apoteker di Tengah Transformasi Kesehatan

Pentingnya Deteksi Dini Demensia dan Penyakit Otak

PERDOSNI juga telah menyiapkan alat deteksi dini demensia yang kini disebarkan ke Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) di berbagai daerah. Tujuannya agar masyarakat dapat melakukan pemeriksaan mandiri dan mengetahui gejala sejak awal.

“Kalau masyarakat sudah tahu, nanti anggapan usia lanjut pasti pikun akan hilang. Karena tua tidak identik dengan pikun atau stroke. Poinnya adalah hidup harus ditata sejak dini,” jelas dr. Dodik.

Namun, ia mengakui bahwa perhatian terhadap kesehatan otak di Indonesia masih tertinggal. Dahulu Kementerian Kesehatan memiliki Direktorat Intelijensi Otak dan Direktorat Kesehatan Jiwa, namun kini sudah tidak ada. 

“Kami ingin mengupayakan supaya ada lagi Direktorat Kesehatan Otak dan Jiwa di Kemenkes, agar penanganan kesehatan otak lebih optimal,” tambahnya.

Peran BPJS Kesehatan dalam Layanan Neurologi

Dalam acara yang sama, Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., AAK, menegaskan komitmen BPJS Kesehatan mendukung layanan neurologi, mulai dari penyesuaian tarif, distribusi dokter spesialis, hingga penyediaan obat.

“Kami ingin yang fair saja. Kalau memang seharusnya dibayar, ya dibayar. BPJS itu bayarnya ke rumah sakit, bukan langsung ke dokter, dan maksimal 15 hari setelah klaim diserahkan,” jelas Ali Ghufron.

Ia juga menyoroti kekurangan dokter spesialis neurologi di beberapa daerah. Akibatnya, resep obat sering kali dikeluarkan oleh PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis).

Untuk mengatasi hal ini, BPJS mengupayakan integrasi data tenaga medis melalui HFIS (Health Facility Information System), sehingga kewenangan peresepan lebih jelas dan terpantau.

BPJS Kesehatan juga mendorong langkah preventif melalui skrining kesehatan yang bisa dilakukan lewat aplikasi Mobile JKN. Misalnya, risiko stroke bisa dideteksi lebih dini bagi penderita hipertensi dan diabetes melitus.

“Peserta BPJS harus tahu bagaimana menjaga diri agar tidak jatuh stroke. Hipertensi harus dikendalikan, olahraga dijaga, pola makan diperhatikan. Jangan sampai sakit, baru menyesal,” tegas Ali Ghufron.

Ketersediaan Obat dan Alat Kesehatan Neurologi

Dr. Dra. Lucia Rizka Andalusia, Apt., M.Pharm., MARS, selaku Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, menegaskan bahwa pemerintah terus memastikan ketersediaan obat neurologi melalui Formularium Nasional (Fornas).

“Fornas merupakan daftar obat terpilih yang menjadi acuan penulisan resep pada layanan kesehatan. Penerapannya adalah instrumen kendali mutu dan biaya, untuk menjamin pasien mendapatkan obat yang aman, bermutu, berkhasiat, dan cost effective,” jelas Lucia.

Jika ada obat yang tidak tercantum dalam Fornas, penggunaannya tetap dimungkinkan dengan persetujuan direktur rumah sakit atau Dinas Kesehatan setempat. 

Selain itu, pemerintah juga memiliki Special Access Scheme (SAS) untuk mengimpor obat tertentu yang belum tersedia di Indonesia, dengan persetujuan dari Badan POM atau Kementerian Kesehatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?