Bayi Kembar Kepala Dempet Lahir di Aceh, Ini Keenam di Dunia

Siswanto Suara.Com
Rabu, 06 Mei 2015 | 15:08 WIB
Bayi Kembar Kepala Dempet Lahir di Aceh, Ini Keenam di Dunia
Bayi perempuan kembar, Fitri Rahmawati dan Fitri Sakinah [Alfiansyah Ocxie]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bayi kembar siam yang terlahir dengan kepala bersatu atau diagnosis conjoined twins craniopagus di Aceh Tenggara akhirnya dievakuasi ke Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh. Kelahiran bayi kembar ini merupakan kasus pertama di Aceh.

Bayi itu berjenis kelamin perempuan. Namanya Fitri Rahmawati dan Fitri Sakinah.

Bayi tersebut merupakan anak kedua dari pasangan Syah Bandi Putra dan Siti Khadijah warga Desa Lawe Kihing, Kecamatan Bambel, Aceh Tenggara. Keduanya dilahirkan melaui operasi caesar di Rumah Sakit Umum Daerah Sahudin pada 2 Mei 2015. Meski terlahir prematur, bayi kembar siam tersebut berada dalam kondisi sehat dan aktif.

Wakil Direktur Bagian Pelayanan RSUZA Banda Aceh Azharuddin mengatakan secara umum kasus kelahiran bayi kembar dengan bagian tengkorak menyatu merupakan kasus yang sangat langka di Indonesia. Bahkan menurutnya, di dunia kasus ini baru mencapai enam kasus. 

"Ini merupakan kasus yang sangat langka, kembar siam dempet kepala. Kasus ini meluas hingga keluarga negeri, bahkan menjadi perhatian dunia," kata dalam konferensi pers terkait bayi kembar siam di RSUZA Banda Aceh, Rabu (6/5/2015).

Sebab itu, kata dia, RSUZA langsung membentuk tim untuk mengevakuasi bayi itu ke Banda Aceh guna mendapat perawatan medis lanjutan. Bayi kembar siam tiba Banda Aceh pada Selasa (5/5/15) dengan menggunakan pesawat dari Kutacane. 

Kata dia, setelah dilakukan analisis medis, rumah sakit memutuskan untuk memberikan asupan gizi sementara selama masa kritis atau critical period. Tindakan tersebut seperti memberikan ASI melalui inpus agar si bayi tetap survive.

"Bayi ini sehat, dia langsung kita tempatkan pada inkubator di ruang NICU level 3. Berat badan keduanya yaitu 4,1 kilogram, mempunyai refleks bagus dan mau minum susu meski masih melalui impus. Untuk fase awal, hanya ini yang dapat kita lakukan, sambil terus mengontrol perekembangan lainnya yang mungkin akan terjadi pada si bayi," ujarnya.

Ketika ditanyakan mengenai langkah operasi, Azharuddin mengatakan selama masa kritis, bayi tersebut belum dapat di operasi. Namun demikian, rumah sakit telah membentuk tim khusus untuk menanganinya.  Tim terdiri dari dokter spesialis anak, ahli bedah saraf, radiologi, ahli bius, dan ahli medis.

"Kita juga telah berkonsultasi dengan para ahli di Jakarta dan luar negeri untuk penanganan bayi ini. Fase awal yang kita lakukan adalah memastikan seluruh bagian saraf dan otak sibayi dalam keadaan terpisah, pembuluh darahnya terpisah atau tidak," kata dokter Iskandar, ahli bedah yang ikut menangani bayi.

Menurutnya, dalam kasus kembar siam dengan bagian kepala menyatu, proses operasi baru dapat dilakukan saat si kembar berusia delapan bulan atau bisa pula mencapai usia tiga sampai empat tahun.

"Dalam kasus ini operasi paling muda itu delapan bulan, kemudian ada tiga sampai empat tahun. Jika pada bayi yang masih usia 0-delapan bulan, bayi tidak sanggup menahan proses operasi. Kasus-kasus seperti ini, kebanyakan dioperasi setelah mereka tumbuh besar dan dewasa, jika memang bertahan," ujarnya.

Sementara itu, dokter spesialis anak dr Isra Firmansyah mengatakan secara umum, kondis bayi kembar siam ini dalam keadaan stabil, aktif dan mau mengisap ASI. Sehingga, kata dia, tidak diperlukan tindakan emergency. Hanya saja untuk memastikan organ yang terlibat, misalnya saja apakah bagian otak menyatu atau tidak, pihaknya akan melakukan proses diagnosa, radiologi dan CT Scan.

"Tindakan yang kita lakukan tergantung emergency atau tidak. Tergantung organ yang terlibat," katanya. [Alfiansyah Ocxie]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI