Politikus Partai Gerindra Desmond J. Mahesa mempertanyakan model pertanyaan yang dibuat lembaga riset Indikator Politik Indonesia dalam survei terhadap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta. Sebab, mereka membandingkan program pasangan petahana, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, dengan kandidat yang belum berkuasa.
"Kalau menurut saya, kok yang disurvei antara petahana yang telah berkuasa dan yang belum berkuasa?" ujar Burhanudin di Kantor Indikator Politik Indonesia, jalan Cikini V, Jakarta Pusat, Kamis (24/11/2016).
Desmond kemudian membandingkan hasil survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia Denny JA yang menyebutkan elektabilitas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni sebesar 30,9 persen dan elektabilitas Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebesar 31,9 persen, sementara Ahok dan Djarot hanya 10,6 persen.
Sementara hasil survei Indikator Politik Indonesia menyebut elektabilitas Anies -Sandiaga sebesar 24,5 persen, pasangan Agus - Sylviana sebesar 30,4 persen, dan Ahok-Djarot sebesar 26,2 persen.
"Pertanyaan ini lebih terlihat seperti campaign, jadi kesan saya siapa yang abal-abal surveinya? LSI Denny JA atau Indikator?" kata dia.
Itu sebabnya, anggota Komisi III DPR menilai hasil survei Indikator Politik Indonesia tidak bisa digunakan untuk mengukur kekuatan pasangan nomor urut tiga, Anies-Sandiaga, yang diusung Gerindra dan PKS.
"Bagi kami ini tidak bisa jadi, kenapa? Mana mungkin Anies-Sandi tidak terlihat programnya, yang lebih luar biasa (pertanyaan kepada responden) tidak lihat produk Agus, tetapi supaya Agus lebih baik dari Ahok," kata Desmond seraya meninggalkan ruangan.
"Kalau menurut saya, kok yang disurvei antara petahana yang telah berkuasa dan yang belum berkuasa?" ujar Burhanudin di Kantor Indikator Politik Indonesia, jalan Cikini V, Jakarta Pusat, Kamis (24/11/2016).
Desmond kemudian membandingkan hasil survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia Denny JA yang menyebutkan elektabilitas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni sebesar 30,9 persen dan elektabilitas Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebesar 31,9 persen, sementara Ahok dan Djarot hanya 10,6 persen.
Sementara hasil survei Indikator Politik Indonesia menyebut elektabilitas Anies -Sandiaga sebesar 24,5 persen, pasangan Agus - Sylviana sebesar 30,4 persen, dan Ahok-Djarot sebesar 26,2 persen.
"Pertanyaan ini lebih terlihat seperti campaign, jadi kesan saya siapa yang abal-abal surveinya? LSI Denny JA atau Indikator?" kata dia.
Itu sebabnya, anggota Komisi III DPR menilai hasil survei Indikator Politik Indonesia tidak bisa digunakan untuk mengukur kekuatan pasangan nomor urut tiga, Anies-Sandiaga, yang diusung Gerindra dan PKS.
"Bagi kami ini tidak bisa jadi, kenapa? Mana mungkin Anies-Sandi tidak terlihat programnya, yang lebih luar biasa (pertanyaan kepada responden) tidak lihat produk Agus, tetapi supaya Agus lebih baik dari Ahok," kata Desmond seraya meninggalkan ruangan.