Pada saat itu, sekitar 5-7 anggota brimob langsung menyerbu dirinya dengan berbagai pukulan yang membabi buta.
Benyamin mengalami luka lebam, dan perdarahan yang cukup luas dan serius. Pertama di bagian kepala tengah bengkak (Os Parietal), Depan testa sebelah kiri (Os Frontal) juga bengkak.
"Batang hidung luka sobek akibat pukulan popor senjata dan masih memar, rahang bawa (Os Mandibularis Sinistra) masih sulit untuk mengunyah makanan dan sakit saat digerakan. Gigi seri depan atas satu, dua dan gigi taring bagian kiri atas mengalami goyang dan sakit,” kata Benyamin menjelaskan luka yang dialaminya.
Setelah Benyamin dan Laorens di tangkap, mereka di bawa ke arah Polsek Abepura. Dalam perjalanan ke Polsek beberapa anggota masih terus memukul, walaupun Benyamin sudah jelaskan bahwa dirinya adalah dokter muda.
Ketiganya dibawa di depan Polsek Abepura dan diinterogasi. Laorens pun mengalami hal yang sama. Tidak lama berselang, Hendrik Madai ( 27) juga dipukul oleh beberapa anggota Brimob yang sedang berada di sekitar toko Sumber Makmur.
Hendrik ditangkap ketika hendak mengambil foto penyiksaan yang dilakukan oleh Brimob kepada Benyamin Lagowan bersama Laorens.
Ponsel Hendrik dirampas oleh seorang anggota Brimob dan dipukul dibagian kepala hingga helm yang dikenakannya hancur. Hendrik digelendang masuk ke halaman Polsek Abepura dan dinterogasi sembari dipukul. Ketiganya ditanya berkali-kali dan didata. Ponsel ketiganya disita.
Saat yang sama, istri dan anak bayi Benyamin menyaksikan secara jelas perilaku aparat negara. Mereka bingung, panik dan menangis.
“Itu tentu telah menjadi sebuah tontonan yang buruk bagi semua orang di sekitar tempat kejadian yang menyaksikan bagaimana praktik perilaku primitif aparat negara yang katanya pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat,” tegas Benyamin.
Baca Juga: Jelang BWF World Tour Finals, Kevin / Marcus Geber Persiapan
Berita ini kali pertama diterbitkan Tabloidjubi.com dengan judul ”Dokter muda Papua dianiaya 10 polisi pada 1 Desember, ini kesaksiannya!”