Suara.com - Kabar yang beredar menyebutkan bahwa pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un jatuh sakit dan dalam kondisi kritis.
Menanggapi hal ini, beberapa pakar memberikan prediksi situasi yang akan datang jika Kim Jong Un meninggal.
Pensiunan kepala operasi khusus Korea Selatan, Letjen Chun In-Bum dan David Maxwell, pensiunan kolonel Pasukan Khusus dan anggota senior dari Lembaga Pertahanan Demokrasi memiliki pendapat yang sama.
Mereka mengatakan bahwa Korea Utara akan mengalami krisis dengan gelombang pengungsian yang besar jika Kim Jong Un meninggal.
Disadur dari New York Post, Kamis (23/4/2020), meskipun pemimpin Korut berusia 36 tahun tidak meninggal tapi memiliki masalah kesehatan serius hingga mengakibatkan pemerintahannya berakhir akan menciptakan kekacauan, kata para ahli.
"Tidak adanya ahli waris yang ditunjuk berarti akan menimbulkan kekacauan, penderitaan manusia, ketidakstabilan," kata Letjen Chun In-Bum kepada Military Times.
"Ini berita buruk bagi semua orang," imbuhnya.
Sementara David Maxwell berkata, "Tidak diketahui apakah Kim Jong Un telah menunjuk pengganti".
"Kita dapat berspekulasi bahwa mungkin saudara perempuannya, Kim Yo Jong telah ditunjuk sebagai pengganti berdasarkan promosi terakhirnya dan fakta bahwa dia telah mulai membuat pernyataan resmi atas namanya pada bulan lalu," ujar Maxwell.
Baca Juga: Kemenhub Sebut Batas Larangan Mudik Paling Lambat Hingga 15 Juni 2020
Tapi Maxwell tidak yakin apakah seorang wanita, meskipun termasuk dalam bagian dari garis keturunan keluarga Kim bisa menjadi pemimpin rezim.
Bagi Maxwell, tidak adanya penerus KIm Jong Un jelas dapat menyebabkan keruntuhan rezim yang harus direspon pemerintah AS dan Korea Selatan.
Ia mengaku juga telah memberi peringatan kepada para pemimpin senior tentang hal ini.
"Korea Selatan, Cina, dan Jepang (melalui kapal) akan berurusan dengan arus pengungsi skala besar," kata Maxwell.
Ia menambahkan, "Unit Tentara Rakyat Korea Utara akan bersaing untuk mendapatkan sumber daya dan bertahan hidup. Ini akan menyebabkan konflik internal antar unit dan dapat meningkat menjadi perang saudara yang meluas".
Meskipun jika terjadi perang saudara di Korut, militer di sana tetap akan terus berjuang untuk membela negara.