Pak Guru Ujang Datangi Rumah Murid-muridnya yang Tak Punya HP dan TV

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 13 Mei 2020 | 13:36 WIB
Pak Guru Ujang Datangi Rumah Murid-muridnya yang  Tak Punya HP dan TV
[BBC]

"Saya pembelajarannya tetap jaga jarak. Makanya saya suka di rumah siapa yang kebetulan mencukupi, atau kalau ada rumah kosong atau pun masjid. Lokasinya seperti itu. Misalkan anak ada lima orang, itu bisa diatur posisinya tidak berdekatan," tutur Ujang.

Awalnya, Ujang harus merogoh kocek sendiri untuk uang membeli bensin dan fotokopi materi pembelajaran.

"Alhamdulillah yang tadinya fotokopi materi, dana operasional, dan sebagainya saya gunakan uang sendiri, [sekarang] karena mungkin pihak sekolah juga tahu sehingga ada penggantian. Kemudian waktu pas munggahan (hari pertama puasa) saya diberi uang bensin untuk pengganti home visit," ungkap pria 50 tahun ini.

Salah satu materi yang diajarkan Ujang adalah mengenai virus corona. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengintruksikan sekolah untuk menyampaikan materi tentang corona. Namun sayangnya, contoh dan anjuran penggunaan masker tidak bisa selalu disampaikan karena kelangkaan barang itu di wilayahnya.

"Saya memberi pemahaman anak tentang wabah ini, tapi waktu pembelajaran minggu pertama, jangan untuk anak, misalnya masker, untuk saya sendiri tidak tersedia. Saya juga mau beli pribadi tidak ada," ujar dia.

Ujang mengaku bersikap realistis mengenai target pembelajaran. Apalagi, sebentar lagi tahun ajaran akan berakhir.

"Nggak mungkin (target pembelajaran) tercapai. Masih ada tiga tema lagi (yang harus diajarkan). Satu tema satu buku. Tidak mungkin diajarkan dengan situasi dan waktu seperti ini. Tapi saya cari mata pelajaran yang materinya belum sama sekali diajarkan."

Target kurikulum

Inisiatif Ujang mendapat apresiasi dari Kepala Sekolah SD Negeri 01 Purbayani, Asep Setiawan.

Baca Juga: Kritisi Metode Belajar Online, Sosiolog: Masyarakat Indonesia Belum Siap

"Baik sekali. Jadi beliau berinisiatif untuk door to door mengatasi belajar yang terhambat," kata Asep yang mengaku telah memberikan fasilitas fotokopi materi pembelajaran dan uang transportasi bagi Ujang.

Meski diakui cara Ujang lebih efektif, tapi menurut Asep, tidak semua guru di sekolahnya melakukan metode yang sama.

Guru yang lain, kata Asep, tetap melakukan tugas mengajar, namun dengan teknik dan cara yang berbeda. Semisal, memberikan tugas kepada muridnya melalui orang tua.

Asep tidak mengkhawatirkan target kurikulum yang gagal dicapai di masa pandemi ini, mengingat cara pembelajaran yang tidak seragam dan penuh keterbatasan.

Ia berpatokan pada kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menghilangkan target kurikulum di masa pandemi Covid 19.

"Kalau sekarang tidak ada target kurikulum. Kalau ada target kurikulum nanti harus semua (sekolah) kan. Menurut mendikbud juga, pembelajaran tidak harus punya target untuk menuntaskan kurikulum, tapi hanya supaya anak berusaha untuk belajar, tapi tidak dibatasi harus tuntas (kurikulum)," ujar Asep.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI