Suara.com - Beredar narasi yang mengatakan bahwa Kakek Arteria Dahlan pendiri PKI Sumbar. Klaim tersebut mengatakan Arteria Dahlan adalah cucu dari Bachtaroeddin, salah satu anggota Fraksi PKI yang pernah duduk di DPR.
Kabar klaim tersebut diunggah oleh akun Facebook Kinanti Ayuningati dan dibagikan dalam grup Facebook Nusantara Cyber Community.
Dalam unggahannya, Kinanti Ayuningati menyertakan foto sebuah dokumen yang disebut milik dari Bachtaroeddin.
Berikut ini adalah narasi yang ditulis:
"Ini dokumen bukti Bachtaroeddin, kakek Arteria Dahlan, pernah menjadi anggota Fraksi PKI di DPR. Lihat catatan kaki. Copas wall Bu Yani."
sumber klaim juga mencantumkan tautan yang sudah tidak bisa diakses.
![[SALAH] Arteria Dahlan Adalah Cucu Bachtaroeddin Anggota PKI (Turnbackhoax.id).](https://media.suara.com/pictures/original/2020/09/11/48721-salah-arteria-dahlan-adalah-cucu-bachtaroeddin-anggota-pki.jpg)
Lantas benarkah klaim tersebut?
Penjelasan
Berdasarkan penelusuran Turnbackhoax.id - Jaringan Suara.com Kamis (10/9/2020), klaim yang menyebutkan bahwa Bachtaroeddin adalah kakek dari Arteria Dahlan tersebut tidak benar.
Baca Juga: Tengku Ditantang Jangan Cuma Bisa Teriak PKI, Tapi Berikan Buktinya
Arteria Dahlan dan keluarga besarnya membantah klaim bahwa kakek Arteria Dahlan adalah pendiri PKI di Sumatera Barat. Hasri Chianago sendiri menyatakan dia tidak menuduh Arteria sebagai keturunan PKI.
Dilansir dari detik.com, Arteria membantah dirinya adalah cucu tokoh PKI.
"Tidak benar saya cucu seorang tokoh PKI," tutur Arteria saat diminta konfirmasi Rabu (9/9/2020).
Arteria pun menjelaskan soal silsilah keluarganya. Disebutkan Arteria, kakeknya tidak ada yang bernaa Bachtarudin.
"Kakek saya namanya Dahlan, bukan Bachtarudin yang tokoh PKI itu. Jadi namanya AD itu adalah Arteria Dahlan bin Zaini bin Dahlan bin ALi bin Sulaiman. Mereka semua orang-orang alim. Nenek saya Bu Nian (Dahniar) guru ngaji orang-orang di Maninjau lebih dari tiga generasi," tutur Arteria Dahlan.
"Ya salah itu (kakeknya tokoh PKI). Nenek saya tokoh Masyumi. Ayah saya dibimbing sama Ummi Rasuna Said. Kakek saya yang dari Ibu H. Abdul Wahab, saudagar, pedagang di Tanah Abang. Masuk Jakarta tahun 1950. Semua perantau pasti diurus kakek saya kala itu," sambungnya.