Suara.com - Petahana Presiden Donald Trump masih berpotensi kembali membuat kejutan seperti pada Pemilu 2016 yang indikasinya terlihat ketika dia memenangi beberapa negara bagian suara mengambang penting yang menurut berbagai jajak pendapat pra-hari Pemilu 3 November justru bakal disapu oleh calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden.
Namun dengan tinggal 6 suara elektoral lagi yang mesti diraih Biden untuk memenangi pemilu kali ini, sepertinya Trump akan terpaksa menerima kenyataan bahwa dia bisa menjadi presiden pertama sejak George H.W. Bush yang gagal memperoleh masa jabatan keduanya di Gedung Putih.
Perhitungan sejumlah media Amerika Serikat seperti Associated Press dan USA Today menunjukkan Joe Biden sudah mengumpulkan 264 suara elektoral atau mendekati syarat 270 suara elektoral untuk bisa dinyatakan memenangi pemilu AS.
270 suara elektoral adalah separuh plus satu dari total 538 suara elektoral yang ada pada pemilu kali ini.
Pemilu AS ditentukan oleh sebuah konsep lembaga bernama Electoral College yang pada pemilu kali ini beranggotakan 538 elektor atau suara elektoral. Jumlah ini sama dengan total anggota Kongres.
Kongres sendiri terdiri atas dua kamar; majelis tinggi Senat yang beranggotakan 100 senator dan majelis rendah atau House of Representatives (DPR) yang saat ini beranggotakan 438 orang. Jumlah anggota DPR bisa berubah mengikuti perkembangan demografi penduduk, tetapi jumlah anggota Senat tetap 100.
Tidak seperti umumnya negara demokrasi seperti Indonesia, proses pemilihan presiden AS diadakan tidak langsung karena meskipun kertas suara berisi nama-nama calon presiden, pemilih sebenarnya mencoblos elektor tiap negara bagian di mana pemilih berada.
Setiap negara bagian mendapatkan jatah suara elektoral berbeda-beda sesuai dengan jumlah penduduk negara bagian. Komposisinya bisa berubah mengikuti perkembangan demografis di masing-masing negara bagian.
Dalam kerangka Electoral College itu, pemilu AS memiliki aturan “winner takes all” yang artinya calon presiden yang memenangkan suara mayoritas di sebuah negara bagian adalah kandidat yang memenangkan semua jatah suara elektoral di negara bagian itu. Tapi ketentuan ini tidak berlaku di dua dari 50 negara bagian yang ada di AS, yakni Maine dan Nebraska.
Baca Juga: Pemilu AS: Desa Leluhur Kamala Harris di India Rayakan Keunggulan Biden
Misal, jika Trump memenangkan 52 persen suara di Texas sedangkan Biden mendapatkan 48 persen suara pemilih di negara bagian itu, maka seluruh jatah 38 suara elektoral Texas diberikan kepada Trump.
Pada Pemilu 2016, Trump meraih 304 suara elektoral, sedangkan lawannya saat itu, Hillary Clinton, memperoleh 227 suara elektoral.
Berdasarkan proyeksi tabulasi suara dari Associated Press dan USA Today, Biden sudah mengumpulkan 264 suara elektoral dari 22 negara bagian termasuk negara bagian bersuara elektoral terbanyak California yang memiliki 54 suara elektoral, ditambah daerah khusus ibu kota District of Columbia.
Sampai tulisan ini disiarkan Biden tengah menggenggam keunggulan di Nevada yang memiliki jatah 6 suara elektoral. Jika terus mempertahankan keunggulan ini maka Biden dipastikan memenangi pemilu ini.
Biden juga menempel ketat Trump di Pennsylvania, North Carolina dan Georgia.
Trump sendiri untuk sementara memenangkan 23 negara bagian termasuk negara bagian berjatah suara elektoral besar Texas sebanyak 38 suara elektoral dan negara bagian suara mengambang dengan suara elektoral terbesar Florida (29 suara elektoral).