Puluhan ribu orang pun turun ke jalan untuk mendukungnya. Survei menunjukkan lebih dari 60% responden sepakat dengannya.
Tapi sejak kejadian itu, popularitas Juan Guaido anjlok hingga sekitar 25%. Presiden Maduro masih berada di Istana Miraflores, namun Venezuela tak jalan ke mana-mana, seperti menghadapi jalan buntu.
Guaido tetap bersikeras melakukan apa yang dia bisa, hingga memutuskan untuk mengadakan 'consulta popular' antara 7 dan 12 Desember nanti.
Menurut Guaido ini adalah referendum dengan pertanyaan kepada warga tentang masa depan politik negara.
Akan tetapi, menurut sejarawan Margarita Lopez Maya mengatakan ini merupakan situasi terburuk bagi para pemimpin dan partai politik oposisi sejak masa Hugo Chavez karena tak banyak warga yang terlihat antusias.
Chavez adalah orang yang memulai revolusi Bolivarian.
"Saya akan tinggal di Caracas untuk menentang rezim. Kami tahu tujuan utama Maduro dan kediktatoran adalah untuk memusnahkan alternatif demokratis. Saya dipilih oleh rakyat, lalu oleh parlemen," jelas Guaido.
"Yang penting adalah tujuannya, bukan siapa yang duduk di kursi kekuasaan. Ini bukan hanya tentang satu orang, ini sebuah gerakan," lanjutnya.
Ditulas ulang dari liputan asli Wartawan Katy Watson, BBC News, Venezuela.
Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Hanya 4 Persen Orang Kaya Menguasai Ekonomi Makassar?