Ajarkan Anak Puasa di AS
Tinggal di negara yang mayoritas penduduknya non-muslim cukup menantang bagi Dewi dalam mengajarkan agama Islam kepada ketiga anaknya. Berbagai usaha ia lakukan, salah satunya dengan memasukkan kedua anaknya, usia 5 dan 8 tahun, ke sekolah yang mengajarkan agama Islam setiap hari Minggu. Sayangnya, sekolah Minggu kini tengah ditiadakan terkait pandemi.
“Walaupun Alhamdulillah di sini ada sekolah (Minggu), orang tua yang harus benar-benar memberikan motivasi, memberikan pelajaran,” jelasnya.
Dewi pun kerap mengajarkan Gerald, puteranya yang tertua, mengaji di rumah. Ia juga tengah melatih Gerald berpuasa, sambil memberikan pengertian mengenai puasa dan manfaatnya.
“Masih latihan, hanya setengah hari. Dan itu pun kadang-kadang hanya pas weekend, karena mereka sudah masuk sekolah dan (cuaca) masih dingin, jadi mereka belum puasa,” jelasnya.
Saat mencoba berpuasa, Gerald mengatakan dirinya “selalu merasa lapar.”
“Mungkin kalau aku sudah lebih besar, tidak akan begitu merasa lapar dan aku bisa puasa,” ujar Gerald.
Menurut Gerald, berpuasa itu bagaikan (missing word: mendapat?) perlindungan dari Allah dan membantu kita agar lebih peka terhadap orang-orang yang tidak memiliki makanan sama sekali.
Suasana Ramadan di Amerika memang tidak marak seperti di Indonesia.
Baca Juga: Mendag: Industri Makanan dan Fesyen Muslim Indonesia Jadi Primadona
Karena itu, menurut Dewi, ia perlu memotivasi dirinya agar bisa menjadi diri yang lebih baik dan dekat dengan Tuhan.