"Pemutusan ini terjadi karena alasan yang berubah-ubah dan sewenang-wenang," katanya.
"[Saat] karyawan memiliki perlindungan, hak pemecatan yang tidak adil, dan hak perlindungan umum untuk mengatasi hal-hal semacam ini, para pekerja belum tentu memiliki hak-hak itu."
Ia mengatakan Fair Work Commission juga harus memiliki kekuatan untuk secara kolektif dapat melakukan tawar-menawar dengan Amazon dalam menetapkan tarif blok, karena selama ini hanya diputuskan sendiri oleh Amazon.
Amazon mengatakan mereka mematuhi standar pembayaran yang ditetapkan oleh peraturan pengemudi di negara bagian tempat ia beroperasi.
Satu-satunya cara bagi pekerja di sektor 'gig-economy' untuk melawan keputusan perusahaan seperti Amazon dan Uber adalah melalui pengadilan.
"Pada umumnya, keputusan tersebut mendukung perusahaan yang mengatakan para pekerja ini adalah kontraktor independen, yang artinya para pekerja ini tidak memiliki hak upah minimum," kata Dr Rawling.
Hal ini semakin dipersulit karena dalam kontrak Flex, yang mencakup klausul melarang pengemudi bergabung dalam tindakan apa pun di masa mendatang terhadap Amazon.
"Amazon berusaha menyelesaikan masalah berdasarkan kasus per kasus dengan individu," kata Michael Cooley dari Amazon.
Di akhir jam kerja atau 'block'-nya, Alex mempertanyakan berapa lama lagi ia dapat terus bekerja sebagai kurir bersama Amazon Flex dan hidup dengan ketidakpastian.
Baca Juga: Diaspora di Australia Gelar Doa dan Galang Bantuan untuk Indonesia
"Anggapannya adalah kita bekerja untuk diri sendiri, dan kita dapat mengatur jam kerja sendiri dan bisa menjadi bos bagi diri kita sendiri."
"Tapi kenyataannya tidak, kita benar-benar tidak bisa. Kita masih didikte oleh perusahaan besar ini."
"Ini benar-benar memberikan rasa aman yang salah."
Baca beritanya dalam Bahasa Inggris
Kredit:
Laporan: Pat McGrath, Marty Smiley dan Max Chalmers
Fotography dan video: Danielle Bonica, David Maguire, Kyle Harley dan Simon Winter