Dengan dana itu, Uni Eropa ingin menerima hingga 30.000 pencari suaka asal Afganistan.
Uni Eropa terutama berkepentingan agar Afganistan tidak lagi menjadi ladang pembiakan terorisme bagi al-Qaeda atau Islamic State-Khorasan.
Untuk itu, Utusan Luar Negeri UE, Josep Borell, mengatakan pihaknya bersiap mengambil keputusan sulit di Afganistan.
"Agar mendapat peluang untuk ikut mempengaruhi jalannya situasi, kita tidak punya pilihan selain berunding dengan Taliban," kata dia September silam.
Taliban mulai memadu perundingan dengan Amerika Serikat sejak menegosiasikan penarikan mundur serdadu AS dengan pemerintahan bekas Presiden Donald Trump.
Usai perang selama 20 tahun, hubungan antara kedua pihak masih banyak dibebani sikap saling curiga.
Sejauh ini Presiden Joe Biden belum menanggapi ungkapan para Talib untuk membina hubungan baik antara Kabul dan Washington.
Saat ini Gedung Putih juga belum menerbitkan strategi baru di Afganistan, selain peringatan kepada Taliban untuk tidak membiarkan kelompok teror berkembang biak.
Baca Juga: Taliban Larang Para Tukang Cukur Memotong Janggut
Banyak analis menilai, Washington masih mengkaji ulang hubungannya dengan Pakistan usai kegagalan di Afganistan.
Islamabad yang menerima miliaran dana bantuan militer dari AS dituduh menyokong dan membiayai ekspansi Taliban.
Meski demikian AS masih melihat Pakistan sebagai mitra strategis di kawasan. Pakistan Sudah bukan rahasia lagi jika dinas rahasia Pakistan, ISI, sejak lama menyokong Taliban.
Pun Perdana Menteri Imran Khan menyambut perebutan kekuasan oleh para Talib pada bulan Agustus lalu.
Pakistan termasuk satu dari tiga negara yang mengakui kekuasaan Taliban di periode pertama "Emirat Islam Afganistan" antara 1996 dan 2001.
Negara lain adalah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Sebab itu pula muncul desakan di Washington untuk mengkaji ulang hubungan dengan Pakistan.