Anak Perempuan Afghanistan Mulai Dijual Keluarga untuk Bertahan Hidup

Jum'at, 19 November 2021 | 19:49 WIB
Anak Perempuan Afghanistan Mulai Dijual Keluarga untuk Bertahan Hidup
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Situasi di Afghanistan kian memburuk, ditambah kekeringan berkepanjangan. Setelah perabot habis dijual untuk biaya sehari-hari, keluarga Afghanistan terpaksa menjual anak mereka.

Ekonomi Afghanistan yang sebelumnya telah babak belur kini dihantam kekeringan berkepanjangan dan berkuasanya kembali Taliban. Masa depan negara itu tampak suram.

Taliban hingga kini masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan internasional setelah merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus 2021.

Di dalam negeri, mereka juga berjuang untuk memahami dan mengendalikan situasi Afghanistan yang memburuk. Namun rakyat miskinlah yang harus membayar harga paling mahal.

"Pandemi COVID-19, krisis pangan yang telah berlangsung, dan datangnya musim dingin semakin memperburuk keadaan," menurut laporan yang baru diterbitkan oleh UNICEF, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan kepada anak-anak di seluruh dunia.

"Pada tahun 2020, hampir setengah dari populasi Afganistan sangat miskin dan tidak bisa memenuhi kebutuhan seperti nutrisi dasar atau air bersih," menurut laporan tersebut.

Dan ini menggambarkan kondisi sebelum pergolakan belakangan ini.

Menurut UNICEF, jutaan anak masih membutuhkan bahan-bahan kebutuhan penting, termasuk perawatan kesehatan primer, vaksin polio dan campak, nutrisi, pendidikan, perlindungan, tempat tinggal, air dan sanitasi.

Anak perempuan terpaksa dijual Mohammad Ibrahim, penduduk Kabul, adalah salah satu dari banyak orang yang tidak punya pilihan lain selain menawarkan putrinya yang berusia tujuh tahun bernama Jamila untuk dijual.

Baca Juga: Demi Pekerjaan dan Hidup Baru, Warga Afghanistan Menyelundupkan Diri ke Iran

Uang hasil penjualan Jamila akan dipakai untuk membayar utang-utang keluarganya.

"Seseorang datang dan mengatakan kepada saya untuk membayar utang atau 'Saya akan membakar rumah Anda hingga jadi abu,'" kata Ibrahim kepada DW.

Namun dia mendapat tawaran untuk "menyerahkan putrinya" guna melunasi utang.

"Pria itu orang kaya," lanjut Ibrahim. "Dan saya tidak punya pilihan lain dan saya menerima untuk menukarkan anak saya untuk membayar utang sebanyak 65.000 Afghani (sekitar Rp10 juta)."

Di Provinsi Badghis di Afghanistan barat, warga telah lama mengalami kekeringan dan terpaksa meninggalkan rumah dan desa mereka.

Najeeba, perempuan muda yang tinggal di sebuah kamp, telah diperdagangkan oleh keluarganya dengan harga 50.000 Afghani, atau sekitar Rp7,7 juta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI