"Tiga, aksi 212 adalah university of life. Yang mengajarkan umat manusia arti persaudaraan persatuan dan kebersamaan, bahkan juga arti ketertiban, kedisiplinan, dan kebersihan. Sekaligus arti kemanusiaan dan penegakan hukum serta perlawanan terhadap diskriminasi untuk menciptakan kedamaian dunia," kata dia.
Di tengah aksi, jurnalis Suara.com menemui sejumlah peserta aksi.
Umumnya mereka kecewa dengan sikap aparat keamanan yang melarang mereka mendekati Patung Kuda. Padahal, menurut mereka, peserta aksi selalu menjaga perdamaian.
"Ini menyalahi undang-undang juga, kan, menyampaikan aspirasi kan hak warga negara. Lagi pula selama sejarah ada 212, kan kami semua enggak pernah kami ada rusuh, makanya kami kecewa," kata seorang peserta bernama Bagas.
Lantas, mereka membandingkan dengan kelompok masyarakat yang lain yang diizinkan unjuk rasa di Patung Kuda.
"Kalau didiskriminasi kami sangat merasa didiskriminasikan, apalagi kami, kan, juga masyarakat Indonesia," ujarnya.
Bagas mengaku berasal dari Bogor. Dia bersama 10 orang datang ke Jakarta demi solidaritas.
Seorang peserta aksi bernama Yani berkata "sangat luar biasa kecewa. Kami pengen 212 tetep jalan."
"Jahat," katanya menanggapi larangan dari polisi.
Baca Juga: Dilarang Aksi di Patung Kuda, Peserta Reuni 212 Kecewa: Polisi Jahat!