UNAMA membutuhkan tambahan anggaran senilai hampir US$2 juta (Rp28 miliar) untuk layanan serupa di luar anggaran keamanan yang dibagikan dengan badan-badan PBB lainnya. Seorang pejabat Departemen Keuangan AS mengatakan jaringan Taliban dan Haqqani tetap berada di bawah program sanksi kontraterorisme pemerintah AS.
Menurut Departemen Keuangan AS, orang-orang tidak berwenang yang mendukung mereka "berisiko terkena sanksi AS."
Protes di Kabul Sementara itu, ratusan orang pro-Taliban di Kabul dilaporkan menggelar aksi protes pada hari Selasa (21/22) menuntut AS untuk mencairkan aset bank Afganistan yang dibekukan. Hal ini untuk mencegah runtuhnya perekonomian di negara itu.
Aksi protes digelar di depan gedung kedutaan besar AS yang telah kosong. Tidak seperti protes sipil lainnya, para pendukung Taliban baik aktivis media sosial secara luas berkampanye menyuarakan tuntutan mereka sambil diberikan penjagaan oleh pasukan Taliban.
Lebih dari US$9 miliar (Rp122 triliun) dari bank sentral Afganistan dibekukan menyusul pengambilalihan negara oleh Taliban pada bulan Agustus lalu. Taliban dilaporkan tengah mengalami krisis finansial dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar negara itu. rap/ha (Reuters, dpa)
