Menurut dia, inflasi akan berdampak pada keluarga, menambah beban dan memengaruhi kesehatan fisik dan mental masyarakat. Misalnya ketika orang tua tidak dapat memastikan makanan yang cukup untuk keluarganya.
Ia menyebut guncangan eksternal akibat terganggunya rantai pasokan dan perang di Ukraina, yang menyebabkan harga naik dengan cepat.
"Sangat disayangkan karena Bank Sentral menaikkan suku bunga terlalu cepat dan terlalu tinggi," kata Profesor Moshirian.
"Jadi ini sebagai reaksi terhadap guncangan eksternal dari terganggunya rantai pasokan makanan, yang terjadi di seluruh dunia terutama untuk negara-negara miskin," paparnya.
Kondisi seperti ini, katanya, bisa menyebabkan terjadinya resesi ekonomi.
"Jika Bank Sentral tidak bisa mengatasinya, mereka pada dasarnya mengharapkan resesi akan memperlambat perekonomian," kata Profesor Moshirian.
Pengamat kebijakan publik, Yixiao Zhou dari Australian National University setuju bahwa negara-negara berkembang akan paling terpukul oleh inflasi, merujuk Sri Lanka sebagai contoh.
"Perekonomian mereka lebih terpukul dari laju inflasi saat ini," katanya. "Itu menyebabkan krisis keuangan."
Dampaknya, nilai tukar mata uang Sri Lanka memburuk dan mengalami masalah pembayaran utang luar negeri.
Baca Juga: Wakil PM Australia Minta Buang Sepatu Sepulang dari Bali, Ini Tanggapan Bandara Ngurah Rai
Namun menurut Profesor Moshirian, ada negara yang mengalami inflasi sangat tinggi karena keputusan politik yang pemerintah, seperti terjadi di Turki.
Pemerintah Turki, katanya, ingin terus menjaga agar suku bunga tetap rendah.
"Tapi ketika mereka mempertahankan suku bunga rendah dan harga terus naik, maka nilai tukar mata uang mereka anjlok, berkontribusi pada laju inflasi karena harga barang impor menjadi lebih mahal," jelasnya.
Ia menyebut intervensi pemerintah seperti ini tidak menguntungkan dan seharusnya tidak perlu terjadi.
Negara mana yang lebih baik?
Menurut Profesor Moshirian, negara-negara maju dengan Bank Sentral yang lebih berhati-hati bernasib terbaik.
"Negara mana yang lebih baik itu tergantung pada Bank Sentral yang mengambil keputusan sangat selaras dengan realitas ekonomi yang sebenarnya," katanya.