Sebagian Pengungsi dari Afghanistan Meninggalkan Jepang karena Merasa Ada Tekanan

Siswanto Suara.Com
Kamis, 15 September 2022 | 14:09 WIB
Sebagian Pengungsi dari Afghanistan Meninggalkan Jepang karena Merasa Ada Tekanan
Juru bicara pengungsi Afghanistan Yahya Zamili menyampaikan sejumlah tuntutan di Kantor IOM/UNHCR, di Jalan Peralatan, Kilometer 7, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Rabu (23/3/2022). (suara.com/Rico Barino)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagian pengungsi yang melarikan diri dari Afghanistan ke Jepang meninggalkan negara itu karena mereka merasa ada tekanan dan kurang dukungan dari Kementerian Luar Negeri Jepang.

Jumlah pengungsi di Jepang 169 orang dan yang meninggalkan negara itu sekitar 40 persen. 

Mereka melarikan diri dari Afghanistan setelah Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021.

Walau Jepang sudah memberikan status pengungsi kepada 98 orang, 58 orang dari mereka kembali ke Afghanistan dengan risiko penganiayaan oleh Taliban, sementara tujuh orang pergi ke Amerika Serikat dan Inggris.

Ke-98 pengungsi baru diakui sebagai pengungsi pada Agustus tahun ini oleh pemerintah Jepang. Itu merupakan sebuah langkah yang langka untuk Jepang yang dikenal sebagai negara dengan kebijakan penyaringan pengungsi yang ketat dan catatan buruk penerimaan pencari suaka.

Mereka yang diakui sebagai pengungsi terdiri atas para anggota staf yang bekerja di Kedutaan Besar Jepang di Kabul dan anggota keluarga mereka.

Taliban kembali berkuasa di Afghanistan pada 2021 setelah menggulingkan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, menyusul keputusan Amerika Serikat untuk menarik pasukan dari negara itu setelah 20 tahun berperang.

Karena Taliban menargetkan orang-orang Afghanistan yang bekerja sama dengan negara-negara asing yang memiliki hubungan dengan pemerintah sebelumnya, pemerintah Jepang turun tangan untuk membantu anggota staf Kedutaan Besar Jepang dan para pekerja Badan Kerjasama Internasional Jepang serta keluarga mereka.

Pada Oktober hingga Desember 2021, kementerian luar negeri Jepang menyediakan penginapan di Tokyo, makanan dan gaji untuk para staf kedutaan Jepang di Kabul dan keluarga mereka.

Baca Juga: Pengungsi Afghanistan: "Kalau Saya Bertahan, Saya Pasti Sudah Mati"

Namun, beberapa staf mengatakan kepada Kyodo News bahwa mereka ditekan untuk meninggalkan Jepang, setelah diberitahu bahwa kontrak kerja mereka akan berakhir pada akhir Agustus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI